Mohon tunggu...
Nurjannah
Nurjannah Mohon Tunggu... Freelancer - Masih belajar

Happy woman as a mother and a learner...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kapan Waktu yang Tepat untuk Menyerah?

4 Februari 2020   11:59 Diperbarui: 4 Februari 2020   12:11 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari-hari terasa seolah berputar di roda marmut. Tidak bertumbuh tidak juga menjadi lebih baik.  Masalah yang sama berulang. Hambatan yang tidak ada habisnya dan jalan keluar yang terlihat sangat jauh atau bahkan tidak jua terlihat, mencuatkan satu pertanyaan penting didalam diri,  "haruskah saya berhenti disini?".

Setelah doa yang panjang, usaha yang sungguh-sungguh dan banyak teriakan serta bisikan "TOLONG" yang belum terjawab, memutuskan untuk berhenti dan merelakan bukanlah sebuah kelemahan. Orang yang berhenti mengusahakan sesuatu bukan juga seorang pecundang. Berhenti, merelakan atau dengan kata lain menyerah adalah sesuatu yang "normal" didalam hidup. Tenanglah, anda bisa memulai lagi setelah ini.

Kata-kata "terus maju" memang membakar semangat, tetapi berhenti sejenak, mengevaluasi situasi, apa yang sudah dilewati, menilai kembali kemana jalan ini akan membawa anda lalu melakukan beberapa penyesuaian akan lebih bijak dan dapat menghemat banyak tenaga.

Bersyukurlah jika anda dapat melewati dan menyelesaikan semua masalah hidup dengan mudah. Tapi bagi beberapa orang lainnya butuh pertimbangan mendalam untuk menjawab pertanyaan "haruskah saya berhenti disini?".

Jika anda menjawab YA untuk 6 pernyataan dibawah ini, sepertinya anda benar-benar butuh mempertimbangkan untuk berhenti dan menyegarkan kembali (refresh) hidup anda. Jika anda masih memiliki beberapa jawaban TIDAK, mungkin anda butuh bertahan sebentar lagi saja.

1. Anda merasa gelisah, tidak nyaman dan merasa bersalah dengan apa yang anda lakukan saat ini.

Rasa tidak dapat berpura-pura. Bisa jadi usaha yang anda lakukan saat ini bertentangan dengan nilai-nilai yang anda yakini. Nilai-nilai ini mungkin adalah keyakinan agama atau nilai-nilai hidup seperti kejujuran dan integritas. Atau mungkin saja kegelisahan itu datang karena anda menyadari apa yang anda lakukan merugikan atau mengambil hak orang lain.  

2. Anda berusaha keras untuk berkonsentrasi pada masalah anda yang membuat anda mengabaikan semua aspek lain dalam hidup anda, seperti ibadah, keluarga, teman atau pekerjaan.

Jika menikmati hidup sepenuhnya terasa semakin sulit karena anda tidak dapat berhenti memikirkan tentang situasi yang sedang anda hadapi saat ini, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk berhenti. Apalagi usaha anda dalam menyelesaikan masalah ini membuat anda melupakan ibadah, keluarga, teman, pekerjaan dan hobi, maka coba pikirkan sekali lagi.

Seringkali, faktor yang menjadi dorongan utama untuk ngotot bertahan bukanlah karena dorongan dari dalam diri, tapi rasa takut pada ketidakpastian dan tidak ingin melihat orang lain kecewa. Coba tanyakan pada diri sendiri, "seperti apa hidup saya jika saya berhenti dan menyerah? Kenali perasaan pertama anda yang muncul saat menanyakan ini. Jika anda merasakan perasaan bebas dan lega ini adalah tanda bahwa anda siap untuk menyerah.

3. Anda kesulitan untuk memvisualisasikan sebuah hasil positif dari apa yang anda usahakan saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun