Apa yang saya rasakan ini sebenarnya sudah ada sejak beberapa minggu lalu. Tetapi saya hanya memendamnya seorang diri. Saya pikir dengan saya memendamnya, ia akan hilang larut dalam waktu yang terus berjalan. Namun saya salah. Dia malah menjadi bom waktu yang sepekan ini menghantui saya. Saya dibuatnya cemas, khawatir, dan ketakutan. Tapi lagi dan lagi saya harus memendamnya seorang diri. Tak ada tempat yang bisa saya percaya kecuali hanya pada Tuhan.
Saya memang salah. Saya selalu terburu-buru ingin mengetahui sesuatu. Saya terlalu berlebihan mengkhawatirkan dirimu. Saya terlalu percaya diri bahwa kamu akan berubah dan tak mengulangi kesalahan yang sama lagi. Tetapi saya salah. Saya lupa, bahwa yang bisa merubah seseorang adalah keinginannya sendiri. Jika hal itu tak ada, maka akan sangat sulit. Meski tak dipungkiri semuanya tetap kembali pada takdir Tuhan.
Apa yang diucapkan ibumu benar. Saya hanyalah cobaan dihidupmu. Saya pengganggu dan perusak cerita yang telah kau rintis sejak sembilan tahun yang lalu. Maaf jika kehadiran saya mengacaukan segalanya. Mengacaukan prinsip yang selama ini kau pegang teguh. Jika kau ingin pergi, maka silahkan. Saya tak akan menghalangi apalagi menahanmu.
Mungkin persimpangan jalan yang selama ini kau bicarakan, kita telah sampai. Silakan pergi ke kanan bersama kebahagiaan yang telah kau rajut beberapa tahun kebelakang itu. Tapi maaf, saya tak akan berjalan ke kiri sesuai dengan apa yang kau fikirkan. Saya akan tetap berdiri di tengah persimpangan ini sambil melihat dirimu yang akan berjalan semakin jauh. Bukannya saya tak berani melangkah ke kiri, apalagi berharap kau akan menoleh kebelakang lagi. Tidak sama sekali. Itu harapan yang terlalu tinggi. Tetapi saya mencoba mengumpulkan keberanian untuk memulai semuanya dari awal. Berjalan seorang diri.
Sebelum itu saya ingin mengucapkan banyak terimakasih. Kau tahu, hadirmu dihidup saya memberi banyak pelajaran. Saya belajar soal kesederhanaan, belajar bersyukur terhadap apapun yang telah saya miliki, dan belajar menahan diri untuk tak selalu tampil di publik. Saya tersadar bahwa dulu saya justru melakukan hal yang sebaliknya. Ingin terlihat istimewa, selalu mengejar persepsi orang, dan selalu mencari perhatian publik.
Kehadiran dirimu dalam hidup saya telah mampu merubah kebiasaan-kebiasaan itu.
Maka maafkan saya atas segala salah. Saya akan belajar untuk tak mengkhawatirkan dirimu lagi mulai sekarang. Saya juga akan belajar untuk tak berharap lebih pada apapun dan siapapun. Pelan-pelan saya pun akan belajar untuk tak mengemis perhatian dan selalu meminta waktumu untuk sekadar memberi saya kabar dan memberitahu saya akan kondisimu.
Lakukanlah apa yang menurutmu baik. Lakukanlah apapun yang membuatmu bahagia sayang. Maaf saya tak cukup peka jika apa yang kamu lakukan ini adalah bagian dari cara untuk mengakhiri hubungan kita. Oleh karena itu, mulai sekarang saya akan mencoba melepas rasa khawatir akan kondisi dan berhenti mencari tahu apa yang kau rasakan. Karena saya memang tak berhak tahu lebih jauh.
Sekali lagi terimakasih ya kau membuat saya kembali tersadar. Saya diam dan sengaja mendiamkanmu bukan karena marah. Tetapi kecewa. Saya sengaja tak membalas chatmu sebab saya ingin sendiri dan menenangkan diri. Jika memang sedari awal kau tak ingin berbagi apapun yang kau rasakan, mulai sekarang saya tak akan meminta hal itu lagi. Perihal rasa tak nyaman yang saya rasakan tentang dirimu, biar saya pendam saja. Terimakasih ya karena selalu mengingatkan siapa saya tanpa kau mengucapkannya.