Mohon tunggu...
Inamul Hasan
Inamul Hasan Mohon Tunggu... Freelancer - Pegiat Literasi

Santri | Mahasiswa | Researcher | Traveler | Peresensi | Coffee Addict | Interested on History and Classical Novels

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Di Balik Narasi "Tembak Mati" oleh PKS Sumbar

17 Desember 2019   13:07 Diperbarui: 17 Desember 2019   18:41 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pilkada Sumbar sudah hampir dekat. Faldo dengan Sumangaik Baru-nya harus merelakan diri gagal maju sebagai calon gubernur karena gugatannya ditolak oleh Mahkamah Konstitusi (MK) terkait umur pencalonan gubernur. Ekspektasinya agar dapat seperti Syed Saddiq (Menpora Malaysia) dan PM Finlandia harus ia kubur untuk 5 tahun ke depan. Toh, ia masih ada harapan maju sebagai calon bupati, tapi kalau ia tidak merasa gengsi.

Berhubung Faldo gagal sebagai calon gubernur termuda, Aldi Taher langsung mendeklarasikan diri sebagai calon gubernur termuda yang (katanya) didukung oleh PKS. Ia kelihatan begitu bersemangat untuk menjadi calon gubernur termuda yang religius, cinta Al-Qur'an. Sepertinya ia mengetahui, 'adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah' bisa menaikkan namanya untuk maju calon gubernur Sumbar.

Sementara itu, Irjen Pol Fakhrizal (Kapolda Sumbar) yang kemarin mendeklarasikan diri sebagai calon gubernur Sumbar dengan jalur independen sekarang sah menjadi Analisis Kebijakan Utama Baharkam Mabes Polri. Namun, sekarang ia membantah telah mendeklarasikan diri maju sebagai calon gubernur karena pada saat itu ia masih berpakaian seragam polri. "Saya masih prajurit Bhayangkara yang patuh terhadap institusi saya," ujarnya.

PKS dan Gerindra: Persaingan Pilkada Sumbar 2020?
Kenapa Gerindra menginisiasi hak interpelasi terhadap Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno? Apakah murni karena menyampaikan aspirasi masyarakat terkait perjalanan dinas Gubernur Sumbar keluar negeri?

Sepertinya ada yang tidak selesai dan sangat sulit untuk diselesaikan antara Gerindra dan PKS. Masalah Wakil Gubernur DKI masih menjadi tanda tanya. PKS masih belum memutuskan siapa yang akan duduk di sana. Sementara, kemarin Gerindra mengajukan nama-nama untuk mengisi kekosongan tersebut. Padahal, berdasarkan kesepakatan kursi tersebut masih menjadi hak PKS.

Apakah kursi Wagub DKI tidak ada yang pantas mengisi dari PKS? Kalau ada, kenapa tidak diisi-isi hingga sekarang? Apakah terlalu sulit syarat-syaratnya? Apakah harus ada yang mampu membayar 30 M terlebih dahulu untuk membayar 'utang' kepada Fahri Hamzah? Memang rumit untuk dianalisis, tapi masyarakat tetap menanyakan hal tersebut hingga sekarang.

Mungkin inilah yang dinamakan denga residu dari hasil pilpres 2019 kemarin. Gerindra bergabung dengan 'Indonesia Maju', sementara PKS 'ngotot' berada di luar pemerintahan sebagai oposisi. Sepertinya, PKS agak kecewa dengan keputusan Gerindra yang bergabung dengan Kabinet Jokowi.

Narasi 'tembak mati' yang dimunculkan oleh istri Gubernur Sumbar kepada Andre Rosiade, menurut saya dapat dipahami dalam dua makna. Pertama, 'tembak mati' dengan makna yang konkret. Tapi, agaknya ini hanya candaan saja dan sangat sulit untuk direalisasikan. Kedua, 'tembak mati' dalam artian kiasan. Maksudnya, PKS Sumbar akan mematikan gerak partai Gerindra di Sumbar, bagaimana-pun caranya. Menurut saya, makna kiasan yang lebih masuk akal dan bisa direalisasikan dalam pilkada Sumbar 2020

Menakar Pilkada Sumbar 2020: Mungkinkah PKS dan Gerindra Berkoalisi Lagi?
Semenjak Prabowo menjadi penantang Jokowi, semenjak itu juga Gerindra berkoalisi dengan PKS, baik di pusat, apalagi di Sumbar. Saat ini, Gubernur Irwan Prayitno (PKS) memiliki waklinya Nasrul Abit (Gerindra). Mereka berdua kelihatan akur-akur saja hingga sekarang. 

PKS dan Gerindra merupakan 2 partai terkuat di Sumatera Barat, setidaknya ditandai dengan pileg 2019 kemarin. Kedua partai ini bisa jadi mengajukan calon gubernur dari masing-masing partai tanpa harus mencari koalisi lagi, atau setidaknya cukup mencari satu partai koalisi saja.

Muncul pertanyaan, apakah masyarakat Sumbar terlalu fanatik dengan Prabowo setelah Gerindra bergabung dengan Jokowi? Jawaban ini yang akan ditunggu setelah Pilkada Sumbar 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun