Mohon tunggu...
InaKirana Channel
InaKirana Channel Mohon Tunggu... Freelancer - Hai

jujur beropini

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semua Ibu Hebat dengan Versi Masing-masing

22 Desember 2021   22:54 Diperbarui: 22 Desember 2021   23:02 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Menjadi seorang Ibu itu berat". Begitu lah kalimat yang sering saya dengar. Walaupun tugas pengasuhan anak itu adalah tugas bersama antara suami dan istri.

Hampir setiap malam, saya mendengar suara anak-anak masih bermain di luar rumah. Pukul sudah menunjukkan larut malam, bahkan sudah menunjukkan waktunya pergantian hari. Tapi, masih saja anak-anak itu bermain seperti halnya anak-anak yang bermain pada siang hari.

"Kemana orang tuanya ?" fikir saya.

Orang tuanya ada, di rumah mereka sedang berjualan. Sang ayah berjualan makanan cepat saji tidak jauh dari rumah mereka. Sedangkan si Ibu berjualan nasi goreng tepat di depan rumah mereka.

Suatu ketika, saya bertanya ke Ibunya "Kak, jualan sampai jam berapa kalau malam? Sampai jam 1 kadang sampai jam 2 pagi." Itu jawabnya.

Saya melanjutkan keingintahuan saya tentang suara anak-anak yang selalu saya dengar setiap larut malam.

"Aku sering dengar suara anak-anak masih main tengah malam. Itu anak-anak kakak ?" tanyaku.

"Iya, kak. Mau gimana lagi. Gak ada yang nemani mereka tidur. Ayahnya kan jualan juga. Saya juga jualan. Jadi ya mereka main, gak mau tidur kalau gak ditemani. Kalau gak jualan, gak ada uang kak. Susu anak, uang sekolah lagi belum." jelasnya

Saya benar-benar miris mendengarnya. Mereka terlalu dini untuk tidur begitu larut malam. Kira-kira usia mereka masih di bawah 10 tahun.
Saya mencoba menempatkan diri saya di posisi Ibunya. Orang berjualan itu tidak seperti orang kantoran yang pendapatannya tetap setiap bulannya. Sementara orang berjualan itu fluktuatif. Sementara kebutuhan setiap bulan pasti tetap dan malah bisa cenderung lebih dari yang biasanya.

Namun, tidak semua orang akan berfikir sama dengan saya. Ada juga kok tetangga yang mencibir "Ibu seperti apa sih kok membiarkan anak-anaknya masih terjaga hingga dini hari. Malah lebih mendahulukan jualan." Ya, terkadang orang dengan mudah sekali menuding jika mereka tidak pernah merasakan hal yang dialami orang lain. Atau men-denial-kan rasa empatinya akan kondisi orang lain yang mungkin tidak seberuntung dirinya.

Ibu waras pastilah ingin selalu memberikan hal terbaik yang buah hati mereka butuhkan. Walaupun dengan cara yang mungkin saja tidak bisa diterima oleh ibu lainnya. Terkadang juga terasa perih untuk memilih antara pekerjaan dan anak. Tidak semua hal terlihat mudah seperti di fikiran kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun