Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jejak Panjang Haji Imtihan: Dari Sawah, Kolam, hingga Wisata Edukasi yang Tak Kesampaian

6 April 2025   18:41 Diperbarui: 11 April 2025   06:28 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
H. Mohamad Imttihan bersama Isteri Hj. Zubaedah Satar (Sumber: Dokpri)

Pernahkah kita membayangkan bahwa hemat air bisa menjadi filosofi hidup? Haji Imtihan, lelaki yang lahir bertepatan dengan bulan dan tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia, telah menerapkan prinsip ini jauh sebelum isu lingkungan menjadi pembicaraan global. Ia memahami bahwa air bukan sekadar kebutuhan, melainkan titipan yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan penuh tanggung jawab demi masa depan generasi.

Sejak kecil, ia terbiasa mengairi sawah bersama iparnya pada tengah malam. Momen itu secara perlahan membentuk kesadarannya akan pentingnya setiap tetes air. Ia menganggap air sebagai tanggung jawab besar yang harus dijaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya agar tetap lestari.

Kesadaran itu bukan sekadar wacana semata. Beranjak dewasa ia membangun sistem pengairan sawah yang efisien dengan cara membuat kolam penampungan sebelum air benar-benar dibuang ke kali atau selokan. Langkah ini dilakukan agar air dapat dimanfaatkan lagi sebelum terbuang percuma.

Tak berhenti di sawah, ia juga menerapkan prinsip hemat air di rumahnya. Ia meminta seorang perajin bernama Tuaq Sarapudin membuatkan alat otomatis agar air tidak terbuang sia-sia saat bak penampung penuh. Meski akhirnya alat ini tak bertahan lama, idenya melampaui zamannya.

Di tengah masyarakat yang masih berlimpah air kala itu, Haji Mohamad Imtihan atau lebih dikenal dengan Haji Imtihan telah merancang sistem efisiensi yang kini baru menjadi perhatian utama. Ia memiliki pemikiran yang jauh ke depan, memahami bahwa sumber daya alam harus dikelola secara bijak demi kelangsungan kehidupan.

Haji Imtihan bukan hanya seorang pemikir ekologi, tetapi juga seorang pedagang tangguh. Ia dikenal sebagai pejalan kaki yang gigih, menempuh jarak 12 kilometer setiap pagi untuk membeli stok barang ke agen. Semangat dan ketekunannya menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Tak puas dengan sekadar berdagang, ia menciptakan sistem reseller yang memberikan peluang bagi orang lain untuk ikut serta dalam perputaran ekonomi. Model bisnis ini tidak hanya menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga memberdayakan masyarakat agar lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.

Gagasan bisnisnya tidak berhenti di satu titik. Pernah suatu masa, ia mencoba peruntungan dalam industri pembuatan tahu. Namun, ketika menyadari bahwa limbah produksi sulit dikelola tanpa mencemari lingkungan, ia memilih untuk menghentikan usahanya daripada merusak keseimbangan alam.

Keputusan ini mungkin terdengar sederhana, tetapi pada saat itu, kesadaran tentang limbah industri masih minim. Ia lebih memilih kehilangan peluang ekonomi daripada mengorbankan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa kepeduliannya terhadap alam jauh lebih besar dibanding keuntungan bisnis semata.

Jauh sebelum wisata edukasi menjadi tren, Haji Imtihan telah memulainya pada 1980-an. Ia membebaskan sekitar tiga hektar tanah nonproduktif di Keling dan menyulapnya menjadi ruang pembelajaran ekologi yang hidup. Tempat ini menjadi sarana edukasi bagi masyarakat dan generasi muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun