Bulan Maret menjadi momen penting bagi pendamping desa di Kabupaten Lombok Tengah. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan (Musrenbangcam) adalah agenda wajib yang menuntut kesiapan fisik, mental, dan spiritual. Proses ini tidak hanya menjadi rutinitas tahunan, tetapi juga ujian nyata dalam perencanaan pembangunan partisipatif.
Dengan luas wilayah 1.095,03 km dan populasi mencapai 1.091.564 jiwa, Lombok Tengah memiliki 12 kecamatan. Kecamatan-kecamatan ini tersebar dari Batukliang hingga Pujut, masing-masing memiliki dinamika dan tantangan tersendiri. Kondisi geografis dan sosial yang beragam membuat Musrenbangcam menjadi ajang strategis dalam menyusun rencana pembangunan daerah.
Minggu ini, tiga kecamatan telah memulai Pra Musrenbangcam: Batukliang, Janapria, dan Kopang. Mereka menjadi pelopor dalam menyusun rencana pembangunan yang partisipatif. Proses ini bertujuan untuk menghimpun aspirasi masyarakat sebelum dibahas dalam forum resmi. Pendamping desa berperan sebagai fasilitator dalam mengoordinasikan usulan-usulan pembangunan dari berbagai pihak.
Minggu depan, giliran kecamatan lainnya seperti Praya, Praya Barat Daya, dan beberapa kecamatan lain akan menyusul. Persiapan yang matang menjadi kunci keberhasilan Musrenbangcam. Setiap pendamping desa harus mampu mengelola waktu dengan baik, membagi perhatian antara koordinasi masyarakat, pemerintah kecamatan, dan tugas administratif yang tak kalah pentingnya.
Tugas ini bukan hanya menguras energi fisik, tetapi juga membutuhkan mental yang kuat. Setiap pendamping desa harus memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalankan perannya. Menghadapi berbagai karakter masyarakat, dari yang sangat antusias hingga yang apatis, bukanlah hal yang mudah. Kesabaran dan kebijaksanaan menjadi bekal utama dalam menyuarakan aspirasi warga.
Menurut penelitian Sutoro Eko (2015) dalam buku Pemberdayaan Desa, pendamping desa adalah ujung tombak dalam memastikan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Dedikasi yang tinggi sangat diperlukan agar Musrenbangcam berjalan dengan optimal. Tanpa keterlibatan aktif masyarakat, perencanaan pembangunan desa bisa kehilangan esensi utamanya.
Ibadah dan produktivitas juga tidak boleh dilupakan dalam menjalankan tugas. Sebagai individu, pendamping desa perlu menjaga keseimbangan antara tanggung jawab duniawi dan spiritual. Keseimbangan ini dapat menjadi penopang dalam menghadapi tekanan dan tuntutan pekerjaan yang tidak sedikit. Spiritualitas juga bisa menjadi sumber kekuatan tersendiri.
Seperti yang diungkapkan oleh Haedar Nashir (2017) dalam Islam dan Pembangunan, spiritualitas memiliki peran besar dalam mendukung aktivitas yang penuh tantangan. Nilai-nilai keagamaan dapat menjadi motivasi tambahan dalam menjalankan tugas-tugas pembangunan desa. Dengan demikian, pendamping desa dapat tetap bersemangat dan menjalankan tugas dengan penuh integritas.
Kabupaten Lombok Tengah dengan 12 kecamatannya memiliki keragaman geografis dan sosial yang unik. Dari daerah pesisir hingga pegunungan, setiap wilayah memiliki kebutuhan pembangunan yang berbeda. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam Musrenbangcam harus menyesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan spesifik masing-masing daerah.
Misalnya, Kecamatan Pringgarata yang dikenal sebagai daerah penghasil beras membutuhkan perhatian khusus pada sektor pertanian. Program yang berkaitan dengan irigasi, pupuk, dan teknologi pertanian harus menjadi prioritas utama. Pembangunan yang berbasis potensi lokal ini akan lebih efektif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut.