Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Takziah Saat Mahasiswa: Antara Pengabdian dan Sumber Penghasilan

5 Februari 2025   18:03 Diperbarui: 5 Februari 2025   18:03 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Baca Quran (sumber: islamdigest.republika.co.id)

Takziah bagi mahasiswa PTIQ bukan sekadar menghadiri pemakaman atau mendoakan jenazah. Tradisi ini berkembang menjadi bagian dari keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan keagamaan masyarakat. Undangan untuk membaca tahlil, khataman Al-Qur’an, dan haul menjadi rutinitas.

Mahasiswa, terutama yang berasal dari pesantren, sering diminta memimpin doa dalam acara-acara keagamaan. Ini bukan hanya bentuk penghormatan, tetapi juga pengakuan terhadap kapasitas keilmuan mereka. Masyarakat melihat mereka sebagai perwakilan ilmu agama yang bisa diandalkan.

Bagi mahasiswa perantau, undangan semacam ini lebih dari sekadar ibadah. Ini juga menjadi cara bertahan hidup. Selain mendapatkan uang transportasi, mereka kerap dijamu dengan makanan yang melimpah. Kadang, mereka bahkan membawa pulang sembako.

Dulu, ketika ekonomi mahasiswa masih bergantung pada kiriman orang tua, takziah menjadi berkah tersendiri. Seorang mahasiswa bisa bertahan beberapa hari tanpa harus mengeluarkan uang makan. Bahkan, dalam kasus tertentu, bisa bertahan hingga sebulan.

Salah satu sosok yang selalu dikenang dalam cerita mahasiswa PTIQ adalah Pak Viktor. Undangan ke rumahnya di Pondok Indah berarti ada uang saku untuk sangu sebulan. Mahasiswa yang beruntung diundang ke sana merasa seperti mendapat durian runtuh.

Tradisi ini mengingatkan pada konsep sabilillah dalam Islam, di mana seseorang yang mengabdikan diri dalam ilmu agama berhak mendapatkan bantuan dari masyarakat (Al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah, 2003). Ini bagian dari penghormatan kepada para pencari ilmu.

Namun, perubahan zaman mengubah dinamika ini. Kampus semakin sibuk, dan mahasiswa memiliki lebih banyak opsi dalam mencari penghasilan. Pekerjaan sampingan seperti ojek daring, jualan online, dan pekerjaan digital mulai menggantikan undangan takziah.

Selain itu, masyarakat juga mengalami perubahan. Dulu, kegiatan keagamaan lebih bersifat komunal. Kini, dengan kemudahan teknologi, beberapa keluarga memilih menonton doa dan khataman dari YouTube daripada mengundang mahasiswa.

Geertz (1960) dalam The Religion of Java menjelaskan bahwa modernisasi membawa perubahan dalam praktik keagamaan. Pola kebersamaan dalam ritual keagamaan bergeser menjadi lebih individual. Mahasiswa kini tidak lagi menjadi aktor utama dalam tradisi tersebut.

Bagi mahasiswa yang masih aktif dalam kegiatan ini, takziah tetap menjadi ladang pengabdian. Selain membantu ekonomi mereka, ini juga menjadi bentuk aplikasi ilmu yang dipelajari di kampus. Mereka tetap menjaga hubungan dengan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun