Mohon tunggu...
IMRON SUPRIYADI
IMRON SUPRIYADI Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Pengasuh Ponpes Rumah Tahfidz Rahmat Palembang

Jurnalis, Dosen UIN Raden Fatah Palembang, dan sekarang mengelola Pondok Pesantren Rumah Tahfidz Rahmat Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gubernur Penggusur Tuhan

3 September 2022   11:03 Diperbarui: 3 September 2022   11:10 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : dialeksis.com 

"Seniman itu harus menunjukkan prestasi dulu. Jangan minta dulu baru bernbuat! Mana yang kurang, nanti akan kita bangun sesuai permintaan seniman. Ini kan idak. Gedung yang sudah ado, tapi dak dimanfaatke, tapi minta difasilitasi terus. Ngomog dak sesuai dengan standar pementasan. Bangun dulu iklim dan dinamika berkesenian di daerah kita, baru akan kita lihat di mana sisi kurangnya. Dan saya berjanji, ke depan akan kita anggarkan melalui APBD," ujar gubernur malam itu, diiringi tepuk tangan para undangan, terutama jajaran pemerintah.

*

Tiba saatnya acara anugerah seniman. Setidaknya malam itu ada 4 cabang seni yang mendapat penghargaan. Masing-masing, Seni Rupa, Teater, Tari dan Musik. Satu cabang seni : sinematografi dan film tidak masuk dalam kategori penghargaan. Alasan Tim Seleksi, di kotaku tidak ada seniman yang konsisten melakukan dan memproduksi sinteron dan film sebagaimana di Jakarta dan kota lainnya di jawa.

Sebagai seniman sinematografi dan film, Ahmad Jastin terlihat bersungut-sungut. Dia tampak gelisah. Beberapa kali Jastin bergser duduk. Sesekali berdiri. Jastin mulai uring-uringan. Beberapa kali menatap seniman lain. Tapi mereka hanya termangu. Tak tahu apa yang akan dilakukan Jastin.

Tiba-tiba, Jastin maju dan naik ke panggung usai pemberian penghargaan. Tepat setelah gubernur memberi sambutan, Jastin merebut mikropon dari MC malam itu. Tak ayal, ratusan undangan yang hadir tercengang. Gerangan apa yang akan diucapkan Jastin.

Di hadapan para tamu, Jastin menabrak ageda acara malam itu. MC tak bisa mengambl kembali, ketika mikropon sudah di tangan Jastin. MC juga gusar. Sesekali Aryanti, MC melakukan koordinasi dengan Ferdi, MC lainnya. Tapi keduanya tak kuasa mencegah Jastin yang sudah terlanjur merebut mikropon dari Aryanti.

"Inilah wajah kota kito. Inilah caro pemerintah yang tidak punya apresiasi terhadap seni. Aku ini sudah empat belas tahun berkesenian di sintron dan film, sampai ke Jakarta. Sudah berapo sintron dan film yang aku bintangi. Aku jugo nulis naskahnyo. Jadi sutradara jugo pernah. Kalu dak pecayo, tanyo be samo wong tivi, wong film di Jakarta! Siapo yang ndak kenal dengan Jastin. Inilah pemerintah yang dak pacak menghargai seniman film, cak aku ini. Sudah itu bae, terimo kaseh!" Jastin kemudian turun panggung dengan langkah lebar.

Sambil tertawa-tawa, Jastin sepertinya malam itu sudah melepas kekesalannya pada tim seleksi yang tidak mencantumkan cabang seni sinematografi dan film dalam malam anugerah. Seniman dan sejumlah udangan yang setuju dengan Jastin kemudian bertepuk riuh. Sementara yang lain, apalagi para birokrat, ikut geram dengan sikap Jastin, yang malam itu seolah-olah mempermalukan gubenrur di tengah undangan resmi.

"Nah, Nyahok gubernur lantak Jastin!" ujar seniman di balik kursinya.

"Alangke melawan Jastin. Kalu gek disentak Pak Gub!" ujar yang lain.

"Apo diolah Jastin. Nak ngomong cak itu pulok. Sudahlah!" ujar lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun