Mohon tunggu...
IMRON SUPRIYADI
IMRON SUPRIYADI Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Pengasuh Ponpes Rumah Tahfidz Rahmat Palembang

Jurnalis, Dosen UIN Raden Fatah Palembang, dan sekarang mengelola Pondok Pesantren Rumah Tahfidz Rahmat Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bintang Emon dan Wudhu Nasional

21 Juni 2020   00:55 Diperbarui: 21 Juni 2020   00:52 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi saya, Bintang Emon, adalah bagian kecil dari lilin-lilin Indonesia yang berposisi sebagai makmum, yang sedang berteriak-teriak menegur para imam di dalam masjid Indonesia, bernama Negeri Garuda Pancasila.

Bukan saja Bintang Emon, masih banyak lagi Bintang Emon lain yang dipastikan punya kegelisahan serupa. Dan mereka yang berada di persembunyian, di pojok-pojok desa yang dengan memendam lilin-lilin kebaikan, yang Insya Allah tidak lama lagi akan lahir untuk menguatkan barisan makmum yang kelak akan menjadi kumpulan cahaya, lalu berteriak bersama, dan ikut menerangi para imam di negeri ini yang salah dan batal, baik yang berada di dalam maupun di luar masjid.

Kalau sejatinya imam sudah ditegur makmum karena ayat atau salah rokaat, mestinya imam harus tunduk dan bersedia mengajak para makmum di negeri melakukan perbaikan bersama, meminjam istilahnya Gus Nur---imam harus bersedia mengajak wudhu nasional, agar jamaah dari sabang sampai merauke ini tidak salah dan batal nasional.

Sebagai penutup, sebuah kisah tercatat : bagaimana Rasuluah SAW suatu ketika dalam perjalannya dari rumah ke masjid selalu di hujat, dimaki bahkan diludahi oleh salah satu orang kafir. Hampir setiap hari. Tetapi di satu waktu ketika si kafir tidak ada di tempat, otomatis hari itu tidak ada yang meludahi Rasul.

Setelah Rasul mengetahui si kafir sakit, Rasul kemudian datang ke rumah si kafir. Tujuannya bukan untuk membalas dengan kejahatan yang sama, rasul tidak juga menyuruh para sahabat dan para khalifah menyusun aturan yang membela dirinya, agar bisa menjerat si kafir.

Tetapi Rasul datang membawa nilai-nilai rahmatan lil alalmiin. Rasul membalas makian, hujatan, bahkan dan ludah si kafir itu dengan santunan dan permaafan. Rasul datang ke rumah si kafir dengan mambawa senyum kedamaian, membawa susu dan roti, bukan membawa : Undang pencemaran nama baik dan apalagi Undang-Undang ITE.

Palembang, 21 Juni 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun