Mohon tunggu...
IMRON SUPRIYADI
IMRON SUPRIYADI Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Pengasuh Ponpes Rumah Tahfidz Rahmat Palembang

Jurnalis, Dosen UIN Raden Fatah Palembang, dan sekarang mengelola Pondok Pesantren Rumah Tahfidz Rahmat Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Koruptor, Guru Agama Saya

5 Juni 2020   13:54 Diperbarui: 7 Juni 2020   10:09 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : kompasiana  

Ucapan Kiai Majid sejenak terhenti ketika ia menyalakan sebatang rokok.

"Jadi, praktik korupsi dan koruptornya itu diciptakan oleh Allah, sama seperti Allah menciptakan syetan! Itu semua disetting sedemiian rupa oleh Allah!" Kiai Majid mulai rinci menjelaskan. Tapi kami belum juga mengerti kemana arah pembicaraanya.

"Kalau kita main sepak bola, kemudian kita tidak punya musuh, kira-kira kalau kalau kita berhasil mencetak sebelas gol berharga atau tidak?" Kiai Majid bertanya lagi.

"Ya, enggak, lah, Kiai! Satu gol jadi berharga sepatu emas, karena tim-nya ada lawan main. Kalau tidak, sama saja bohong!" ujar Fer pengagum Ronaldinho asal Brazil.

"Nah, sudah jelas kan jawabannya. Jadi syetan yang mengangu manusia yang kemudian korupsi itu sengaja diciptakan Allah supaya manusia ada lawan main," kali ini Kiai Majid tertawa. Tapi kami bengong.

"Syetan itu dibuat lawan bagi manusia. Koruptor juga diciptakan untuk lawan bagi kelompok manusia yang anti korupsi, supaya ada perbandingan siapa manusia yang benar-benar akan mendapat rahmat dan siapa manusia yang akan mendapat laknat. Kalau kalian tetap menahan kemiskinan dengan menghindarkan tindakan korupsi, berarti kemiskinanmu itu rahmat, karena kamu masih dipelihara oleh Allah dari peluang melakukan korupsi," penjelasan Kiai Majid mulai membuka nalar kami.

"Kalau dibiarkan korupsi?" Dika penasaran.

"Itu pintu rahmat Allah!" Kalimat Kiai Majid membuat bingung lagi.

"Tidak selamanya koruptor itu akan terus menerus melakukan korupsi. Pada saatnya nanti, koruptor itu akan diantarkan ke pintu rahmat Allah," ucapan Kiai Majid belum bisa diterima dalam akal kami. Kiai Majid memandang kami lagi secara bergantian.

"Koruptor itu sebenarnya sedang dibimbing Allah supaya pada saatnya nanti dia akan kembali bertemu dengan Allah.  Kamu lihat kan, salah satu pelaku korupsi yang dijatuhi hukuman, lalu di hadapan pengadilan dengan menangis dia mengucapkan kalimat Allah; Ya Allah mengapa kau beri cobaan seperti ini. Dalam posisi itu, sang koruptor tidak punya lagi pembela, pangacara atau hakim tempat ia bergantung kecuali Allah Swt," Kiai Majid mencontohkan sebuah kasus

"Ini sama seperti bajigan tengik, yang hampir mati gara-gara kebanyakan minum minuman keras. Badannya menggigil. Detak jantungnya makin kencang. Matanya terpejam. Kematian sudah terasa semakin dekat. Tetapi diujung bibirnya muncul kalimat kepasrahan kepada Allah. Dia tetap menyebut kalimat Allah; Ya Allah ya robbi, seandainya sampai besok pagi aku masih diberi waktu untuk melihat matahari, maka aku berjanji, aku akan bertaubat ya Allah. Aku mohon Ya Allah. Kini hidup matiku hanya ditangan Engkau," ujar Kiai Majid sambil memperagakan seorang peminum yang sakau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun