Mohon tunggu...
Imron Fhatoni
Imron Fhatoni Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar selamanya.

Warga negara biasa!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hadiah Terindah Seorang Ibu adalah Cinta

3 Januari 2018   04:53 Diperbarui: 3 Januari 2018   05:14 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kasih ibu sepanjang masa (photo by: Unicef Indonesia)

Beberapa waktu lalu, semua orang berlomba-lomba menyatakan cinta kasih kepada ibunya. Yups, hari itu, 22 Desember adalah perayaan hari ibu (The mother's day). Entah kenapa, aku juga ingin mengungkapkan banyak hal pada sosok itu. Kulitnya yang kian keriput, menandakan bahwa umurnya tak muda lagi. Wajahnya yang makin berkerut tetiba hilir mudik dalam ingatanku sejak semalam.

Aku rindu wanita itu. Setiap kali mengingatnya, terasa ada cairan bening yang perlahan-lahan menetes di mataku. Terus terang, aku merasa malu karena belum bisa berbuat banyak di usianya yang kian senja. Aku merasa malu, sebab belum bisa mengembangkan senyum di bibirnya. Rambutnya mulai memutih, matanya kian kusut. Namun, cinta kasihnya susah tergambarkan.

Sewaktu aku lulus SMA dulu, itulah kali pertama aku melihat getir di wajahnya. Barangkali saat itu, ia tengah memikirkan bagaimana cara menyekolahkanku hingga level perguruan tinggi. Ia tak ingin pendidikanku terputus sebagaimana kakak perempuanku. Ia berharap, kelak aku bisa tumbuh menjadi pepohan rindang bagi banyak orang.

Sebagai putra satu-satunya, aku sangat menghargai harapan ibuku yang setinggi gunung. Suatu hari, ia pernah berpesan, kelak jika dirinya telah tiada, aku harus mampu menyekolahkan adikku yang sekarang masih duduk di bangku SMP. Tiap kali mengingat kalimat itu, batinku selalu basah.

Akhir-akhir ini, aku benar-benar sedang susah dan tak punya duit. Aku tahu betul kalau ibu juga sedang kesusahan di kampung halaman, karena kami memang berasal dari keluarga sederhana. Ibuku hanyalah seorang petani dengan lahan seadanya, serta ayahku hanyalah seorang nelayan yang hari-harinya lebih banyak bergantung pada lautan.

Tiap hari aku selalu berusaha menahan diri untuk tidak menelfonnya. Aku tak mau setiap masalahku di perantauan, harus menjejali pikiran wanita itu. Tapi anehnya, ia selalu tahu kalau aku lagi susah. Ia lantas menelfonku, lalu menawari bantuan yang serupa mukjizat yang turun dari langit. Dalam banyak hal, ia serupa malaikat penolong yang selalu mencatat segala kekuaranganku.

Satu-satunya hadiah terindah dari ibuku adalah cinta kasihnya yang serupa mata air. Cinta ibu kepada anaknya tak pernah kering. Ia selalu menemukan jalan, layaknya sungai yang terus mengalir. 

Sejujurnya, aku tak akan pernah sanggup menghitung segala yang diberikannya padaku. Sungguh benar pepatah Arab yang mengatakan, andaikan seluruh samudera bisa jadi tinta, maka tak akan sanggup untuk menuliskan betapa dahsyatnya kasih sayang seorang ibu.

Seorang ibu adalah sosok yang ikhlas mengorbankan dirinya demi kebahagiaan anaknya. Ia tak pernah meminta apapun, kecuali saat-saat bahagia ketika anaknya tersenyum. Ia telah meleburkan segala keinginannya menjadi kupu-kupu bahagia yang hinggap dan beterbangan di hati anaknya.

Ibuku adalah cahaya yang menyala-nyala dalam jiwaku. Ia adalah api yang membakar semangat untuk terus menjalani hidup. Bagiku, ia adalah segalanya. Ia adalah sosok yang dikirimi tuhan kepadaku demi memahami apa yang disebut banyak orang sebagai cinta. Aku meyakini, bahwa setiap ibu adalah wujud dari cinta itu sendiri.

Kini, dalam bentangan jarak, aku kian kerdil setiap kali mengingat ibu. Di sini, aku masih saja tak berdaya serta belum bisa berbuat banyak untuk menuntaskan dahaga kebahagiaan di hatinya. Sekarang, aku hanya bisa berujar lirih sembari berharap kepada sang ilahi agar memberiku kemudahan dalam hidup untuk membalas jasa-jasanya kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun