Mohon tunggu...
Imron Fhatoni
Imron Fhatoni Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar selamanya.

Warga negara biasa!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Peluang Baru di Era Digital

5 Agustus 2017   13:56 Diperbarui: 5 Agustus 2017   14:01 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Creator. Inc, karya Arief Rahman

Jika dikelola dengan baik, pendapatan dari profesi ini bisa mencapai 50 juta per bulannya. Hal itu disampaikan Yoga Arizona, pemuda yang sukses menjalani profesi sebagai content creator. Ia populer di instagram dan youtube. Berawal dari sering ditolak tiap kali ikut kasting, ia akhirnya mulai membuat video sendiri.

Pria berkacamata yang akrab disapa Kuka itu memiliki 300 ribu lebih pengikut di instagram dan 21 ribu subscriber di youtube. Tak hanya itu, Yuga juga sering diundang menjadi bintang tamu dalam acara talk show televisi, serta aktif menjadi nara sumber di berbagai seminar.

Demi menggaet sejumlah followers, Yoga sering mengunggah video lucu-lucuan melalui akun dubsmash miliknya. Ia kerap menirukan gaya selebriti papan atas negeri seperti Syahrini, Cinta Laura, hingga Deddy Corbuzier. Walhasil, aksi kocak itu mengundang banyak respon dan gelak tawa. Mulailah ia dikenal sebagai content creator.

Yoga memperolah income yang tak sedikit dari aktivitasnya itu. Kini, setiap bulannya ada saja klien yang meminta dirinya untuk memasarkan produk di instagram. "Kadang dalam satu bulan produk iklan yang masuk banyak. Kadang cuma ada satu. Kadang juga ngak ada sama sekali. Bergantung ramai atau tidak. Jika sedang ramai, dalam sebulan aku bisa menghasilkan hampir 50 juta, tapi kalau lagi sepi, paling 10 juta". Ungkapnya dalam satu wawancara.

*****

Kisah tentang pemuda sukses ini saya temui saat membaca buku Creator. Inc, karya Arief Rahman, yang terbit beberapa waktu lalu. Buku ini membuka wawasan tentang perkembangan dunia baru, lahirnya banyak peluang usaha berkat kemajuan teknologi serta perubahan sosial yang sedang dan akan terjadi. Arief merangkum wawancara dengan sejumlah anak muda yang telah sukses membangun bisnis. Terlebih, mereka menjalankannya sesuai passion masing-masing.

Tesis utama yang diusung dalam buku ini adalah bagaiama perkembangan teknologi turut menggandeng sejumlah profesi baru yang menggiurkan. Blogger, animator, kreator konten, perencana keaungan, hingga menjadi seorang komika merupakan beberapa profesi baru yang banyak dijumpai di abad digital.

Argumentasi dalam buku ini sangat kuat dan bertabur banyak bukti. Wajar saja sebab buku ini diolah dari hasil riset. Saya juga membaca metode penelitiannya. Arief membangun tim peneliti, lalu mewawancarai ratusan narasumber, para kreator yang berhasil dalam karier. Semula ada 150 anak muda, kemudian mereka memilih sejumlah nama untuk dijadikan sampel yang refresentatif. Melalui proses yang panjang, buku ini lalu lahir dengan bahasa yang renyah sehingga memudahkan siapapun yang membacanya.

Hal lain yang saya temukan adalah bagaimana memaksimalkan sebuah hobi sebagai jalan setapak menuju dunia impian. Ada kiat-kiat enterpreneur skills yang dapat dipelajari dan diaplikasikan dalam membangun karier sebagai seorang kreator. Yang perlu diketahui adalah, membangun sebuah usaha, tak cukup hanya dengan mengandalkan keterampilan teknis yang bisa diperoleh saat bekerja di perusahaan profesional, tetapi juga membutuhkan keterampilan bisnis. Tak percaya?

Arief memberikan contoh. Dua perusahaan digital dunia sekelas Facebook dan Google pernah terjebak pada produk mereka sendiri. Kreator Facebook Mark Zuckerberg, awalnya hanya membuat aplikasi ini sebagai hiburan. Ketika tumbuh dengan jumlah pengguna yang banyak, Facebook tetap saja belum menghasilkan pendapatan yang memuaskan. Sebagai seorangprogrammer dari universitas sekelas Hardvard, Mark berpikir akan tetap mendapatkan penghasilan jika Facebook menjadi media sosial yang keren. Namun, ini tidak cukup untuk mempertahankan pertumbuhannya, bahkan sempat melambat.

Barulah ketika Sheryl Sandberg, mantan wakil presiden pemasaran Google, bergabung dalam tim, orientasi Facebook pun berubah. Sejumlah strategi disusun untuk fokus pada pendapatan iklan, dari sinilah salah satu media sosial terlaris ini mendapat banyak keuntungan. Sharyl sanggup menangkap visi dan misi teknologi yang diusung Mark dan mengubahnya menjadi laha  gembur yang sedemikian menguntungkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun