Tanpa sadar, sering kali kita jumpai seorang insan yang rela menyakiti dirinya sendiri ketika sedang ada masalah dengan sang kekasih. Alih-alih berharap setelah melakukan hal ekstrim tersebut sang kekasih merasa iba hingga kemudian masalah bisa selesai. Tapi tahukah kamu dosa apa yang paling berdosa di antara banyak dosa? Jawabannya adalah meyakiti diri sendiri.
Seharusnya, anda merasa sangat berdosa kepada diri anda sendiri di saat anda menyakiti diri anda karena sang kekasih. Banyak kejadian, seperti stres yang berdampak berkali-kali terlambat makan sampai perut terasa sangat sakit dan lain sebagainya.
Bahkan, ketika pemasalahan dengan kekasih sudah kritis, sampai-sampai banyak yang melampiaskan amarah dengan cara memukulkan tangan ke dinding dengan sangat keras hingga tangan keluar darah, atau bahkan dia memilih membeli obat tidur agar dirinya bisa tidur seharian.Â
Bisa dibayangkan betapa dosanya diri anda karena telah mendholimi pemberian tuhan. Tanpa pernah berfikir bahwa anda telah menomorduakan diri anda sendiri, sehingga yang menjadi prioritas justru orang lain. Dari sini sudah jelas bahwa sakit hati sangatlah buruk buat kesehatan tubuh anda.
Ternyata berdasarkan hasil sebuah riset yang menyatakan bahwa, sebuah aksi menyakiti diri sendiri sebagai cara mengatasi, bertahan, dan mengekspresikan diri dari keadaan yang sangat sulit (seperti di saat sakit hati) dinamkan self harm.
Self harm termasuk dalam kategori nonsuicidal self injury yaitu ketika seseorang menyakiti dirinya sendiri dengan disengaja tanpa berniat sampai membunuh diri sediri. Artinya orang yang sedang sakit hati dan menyakiti dirinya sendiri bukan berarti dia ingin mati, tetapi lebih tepatnya hanya mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapinya.
Kemudian, mengapa orang yang sedang sakit hati lebih memilih menyakiti dirinya sendiri sebagai solusi? Jawabannya adalah karena orang tersebut memang memilih "Lebih Baik Merasa Sakit". Sebab bagi sebagian orang, merasa sakit adalah pilihan yang lebih baik, terutama bagi seseorang yang merasa terabaikan oleh sang kekasih, dihianati, cintanya tidak terbalas dan diselingkuhi, maka merasa sakit adalah jalan keluar.
Merasa sakit karena self harm menjadi suatu hal yang dirasa lebih baik daripada hanya merasa ada kekosongan dalam jiwanya. Selain itu, pengaruh masa kecil juga merupakan penyebab seseorang berani melakukan self harm ketika sakit hati. Sebab tidak jarang ketika seseorang masih berusia kanak-kanak oleh orang tuanya tidak diperbolehkan merasakan emosi yang negatif, semisal sedih, prihatin, kecewa dan lain sebagainya.
Model pengajaran yang seperti itu sebenarnya justru menjadikan anak tidak terbiasa mengeluarkan emosinya, sehingga ketika di kemudian hari anak tersebut sudah tumbuh dewasa dan ketika sakit hati dengan kekasihnya akhirnya memilih untuk menyakiti diri sendiri demi melampiaskan emosi negatif tersebut.
Konselor dan terapis dari Biro Konsultasi Psikologi Westaria, Anggi Christiani menjelaskan bahwa aksi menyakiti diri sendiri memiliki dua penyebab. Penyebab yang pertama ialah karena memang benar-benar depresi sehingga menyebabkan dirinya memilih jalan menyakiti diri sendiri, sedangkan penyebab yang kedua ialah hanya karena sedang mencari perhatian.
Jika disebabkan depresi, biasanya orang yang menjalankan aksi menyakiti diri sendiri tersebut dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi, karena menyadari yang dilakukannya adalah perbuatan yang keliru. Namun, jika yang dilakukannya tersebut untuk mencari perhatian, biasanya disebabkan karena sakit hati, kecewa, dan lain sebagainya. Orang yang menyakiti dirinya sendiri karena mencari perhatian akan melakukan aksinya di hadapan orang lain, di tempat umum, dan bisa saja di hadapan sang kekasih.
