Mohon tunggu...
Imran Rusli
Imran Rusli Mohon Tunggu... profesional -

Penulis dan jurnalis sejak 1986

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ahok Berubah jadi BTP, Akankah Kita Kehilangan Ahok?

11 Februari 2019   05:00 Diperbarui: 11 Februari 2019   14:13 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika bebas dari penjara Kamis 14 Januari 2019 Ahok terlihat fresh dan lebih sehat. Jauh hari sebelum bebas Ahok meminta pendukungnya tak lagi memanggilnya Ahok tapi BTP, singkatan dari namanya Basuki Tjahaja Purnama. Ahok juga minta pendukungnya tak menggelar aksi penyambutan karena akan mengangganggu kenyamanan publik pengguna jalan.

Meski mengaku berubah, ada yang tak berubah dari Ahok. Dia tetap tidak mau memanfaatkan ketenarannya untuk mengganggu kenyamanan publik. Bagi Ahok aksi apapun di jalan raya sangat mengganggu ketertiban umum dan kenyamanan pembayar pajak pengguna jalan. Aksi seperti itu hanyalah bentuk kepongahan sekaligus keminderan yang tak bermanfaat bagi orang banyak.

Namun dipanggil BTP bagi saya cukup mengganggu, karena pesona Ahok justru di namanya yang menunjukkan etnisnya itu. Ahok WNI beratnis Cina (saya tak suka istilah Tionghoa), tapi telah menunjukkan kadar nasionalisme yang lebih tinggi dari sementara WNI beretnis pribumi yang lebih sibuk melakukan korupsi, mencuri, merampok, membunuh, memperkosa dan berbagai kejahatan lainnya terhadap negeri.

Ahok WNI beretnis Cina tapi menunjukkan keseriusan yang lebih dalam membangun ibukota negara. Dia menjaga DKI Jakarta  agar layak dan pantas menjadi ibukota sebuah negara sebesar Indonesia. Ia mengamankan Jakarta dari para penjarah ruang publik atas alasan kemiskinan dan cari makan, karena bagaimanapun kemiskinan dan cari makan tetap tidak boleh dijadikan alasan untuk mengambil kemerdekaan atau mengangkangi hak orang lain.

Ahok menyelamatkan tanah negara dari para penjarah dan memberi mereka yang tak punya rumah tempat tinggal yang jauh lebih layak dengan harga sangat murah. Ahok sangat peduli orang kecil dan dekat dengan rakyat. Setiap pagi di balai kota DKI dia rutin menerima rakyat dan mendengarkan keluhan mereka.

Pesona Ahok yang lain adalah dia pejabat yang sangat keras menolak korupsi; dia menaikkan gaji ASN di lingkungan Pemda DKI sampai beberapa kali lipat;  dia menetapkan jadwal pulang ASN yang lebih cepat di bulan Ramadhan, agar ASN bisa menikmati keagungan bulan suci tersebut bersama keluarga. Dia membangun masjid di balaikota dan secara bergiliran memberangkatkan pegawai yang tidak mampu untuk berhaji ke Mekah. Ahok juga tak mengambil uang insentif yang menjadi jatah dia, semua dikembalikan ke kas Pemda.

Ahok adalah pejabat yang selalu apa adanya, berani dan tegas. Ahok tak pernah berbasa basi atau memanis-maniskan kata, apalagi terhadap para pengusaha yang terbiasa 'membeli' pejabat. Semua ASN yang tak disiplin dan tak bertanggungjawab terhadap tugas dan kewajibannya akan habis dimarahi. Ahok juga membuka lebar-lebar akses ke penggunaan dana APBD sehingga semua orang bisa melihatnya. Ahok tak menoleransi kongkalingkong dalam pengerjaan proyek pemerintah dan mengawasi dengan ketat permainan antara eksekutif dan DPRD. Dia juga membuat anggota DPRD tak bisa cawe-cawe memasukkan dan me-mark-up proyek seenaknya.

Dengan menjadi BTP, saya merasa Ahok takkan seperti dulu lagi. Dia akan berubah menjadi orang Indonesia biasa, yang bersikap santun palsu, penuh basa basi, bersikap hormat pada para bajingan penjarah aset negara, dan segala kepalsuan lainnya.

Lihatlah, sekarang dia bergabung dengan parpol, padahal parpol sudah terbukti tak menyuarakan aspirasi rakyat sama sekali dan sering mengecewakan. Contohnya sudah diperlihatkan DPR RI saat ini. Dulu Ahok bebas, independen tanpa partai. Dia memiliki posisi tawar yang sangat kuat sehingga parpol tak bisa memaksanya memberi mahar untuk didukung sebagai calon gubernur. Kini Ahok malah menjadi anggota parpol. Itu perubahan yang sangat drastis untuk seorang Ahok.

Ini jelas sangat menganggu saya, karena Ahok yang dulu akan hilang dan BTP muncul menggantikan. Meski semuanya belum terbukti, saya terus terang kuatir, karena kehilangan seorang Ahok adalah kehilangan yang sangat berarti bagi bangsa dan negara ini.

Tetap Populer

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun