Mohon tunggu...
Imran Rusli
Imran Rusli Mohon Tunggu... profesional -

Penulis dan jurnalis sejak 1986

Selanjutnya

Tutup

Politik

Takah, Tageh, Tokoh: Jokowi VS Prabowo di Mata Orang Minang

26 November 2018   18:00 Diperbarui: 26 November 2018   17:58 1986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Dalam menyikapi Pilpres 2019, masih ada yang mengusung konsep 3T di ranah Minang (Sumatera Barat). Mereka melihat calon presiden yang akan dipilihnya berdasarkan 3 indikator ini. Indikator yang juga dipakai dalam Pilpres 2014. Tentu tak semua orang Minang mempercayai dan memakai prinsip ini, tapi mayoritas menggunakannya, terbukti dengan kemenangan telak Prabowo di Sumbar dengan perolehan 76% suara.

Kita lihat satu persatu. 3T itu adalah Takah, Tageh dan Tokoh. Takah adalah performance, penampilan, penampakan. Orang yang enak dipandang, punya kharisma dan wibawa disebut 'manakah'. Kebalikannya disebut 'indak manakah'. Prabowo dinilai 'manakah' karena berwajah tampan, ganteng, bertubuh atletis, dari kelas militer dan elite pula, belum lagi ditambah kaya dan berpendidikan serta berpergaulan internasional.

 Profil yang sangat sempurna dan ideal di mata orang Minang. Etnis ini memang sangat menghargai keindahan rupa, intelektualitas, status sosial tinggi dan kesuksesan finansial seseorang. Untuk itu mereka bahkan takkan malu-malu mengaku bersaudara atau paling tidak bertetangga dengannya. Mereka akan bilang 'dunsanak den tu mah' atau itu kerabat aku lho. Atau minimal mereka akan mengatakan 'rumah kami balancik-lancikan' atau dapur rumah kami saling beradu. Saking dekatnya.

Takah

Prabowo adalah perwira tinggi militer dengan jabatan terakhir Komandan Kopassus, pasukan elite militer Indonesia. Bayangkan kesuperannya di strata social. Prabowo juga adalah mantan menantu Presiden Soeharto, presiden paling gahar yang mampu menguasai Indonesia selama 32 tahun. Menantu pedagang kaya atau wali nagari (kepala desa) di kampung saja sudah sangat dihormati, apalagi menantu presiden! Di luar itu Prabowo adalah putra begawan ekonomi Indonesia era Soeharto Prof Sumitro Djojohadikusumo, yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan Orde Baru. Tokoh ini juga memiliki hubungan emosional yang erat dengan orang Minang terkait pemberontakan PRRI 1959, yang juga terpaksa ditumpas orang Minang dari pusat: DR Mohammad Hatta. Salah satu adik Prabowo, Hasyim, merupakan salah satu konglomerat sukses Indonesia yang kekayaannya juga sering disebut-sebut dalam Majalah Forbes.

Selain bertampang ganteng dan berpenampilan keren. Tubuh Prabowo juga  atletis yang terbina dan terpelihara dengan baik di dunia militer dan keseharianya. Prabowo juga disebut-sebut cerdas, IQ-nya dikatakan mencapai 500 (oleh sebagian pemujanya yang tak bernalar), atau 158 yang lebih masuk akal. Hampir menyamai IQ Eintein ahli fisika dan Stephen Hawking ahli fisika quantum yang sangat terkenal di dunia internasional. Bisq dilihat betapa memukaunya sosok Prabowo di mata orang Minang itu. Ditambah dengan pergaulan dan pendidikannya yang berlingkup internasional di kalangan elite dunia jelas Prabowo sangat fasih berbahasa Inggris.

Yang lebih menggigit adalah kekayaan Prabowo yang fantastis, meski tak ada apa-apa-nya dibanding Budi Sampurno atau Chairul Tanjung yang menurut informasi terakhir mencapai 200 T dan 98T. Prabowo memiliki 1T kekayaan pribadi dan tahun ini dikabarkan sudah bertambah menjadi 3T.

Dengan semua kelebihan ini, tidak heran Prabowo menjadi sosok yang sangat ideal sebagai presiden menurut sementara orang Minang.

Sebaliknya Jokowi, benar-benar 'indak manakah'. Fisiknya kurus kerempeng. Wajahnya jelek. Sama sekali 'tak masuak etongan' (tak masuk hitungan). Kekayaannya biasa-biasa saja, cuma kelas pedagang menengah di Solo, Jawa Tengah, yang orang Minang juga banyak menyamai, hahkan melebihinya. Sudah begitu orang tua Jokowi juga pedagang biasa, dan kemungkinan---dan terus diblow-up---terindikasi PKI pula, organisasi terlarang yang sukses digunakan rezim Orde Baru untuk membungkam musuh-musuh politiknya. 

Padahal dulu di tahun 1965-1970-an itu biasa saja satu kampung dicap PKI karena PKI menang di sana. Banyak yang memaksa Jokowi memeriksa DNA-nya seolah-olah keterlibatan yang tak jelas orang tuanya di partai terlarang itu melekat padanya, karena dengan mudah hal ini bisa dibalikkan dengan memastikan bahwa Prabowo ber-DNA makar pula, karena ayahnya seorang pemberiontak yang melarikan diri ke luar negeri saat PRRI ditumpas habis. Mirip dengan kisah hidup Prabowo bukan? Apalagi terbukti Prabowo sudah pernah menunjukkan indikasi keinginannya akan makar, seperti diakuinya sendiri bahwa dia menyesal tidak makar di masa reformasi tahun 1998 itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun