Mohon tunggu...
Esti Setyowati
Esti Setyowati Mohon Tunggu... Seniman - Bismillah

Librocubicularist.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Asti Sang Panglima Perang

30 Oktober 2018   11:31 Diperbarui: 30 Oktober 2018   11:43 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dengar dengar, upacara pemberian sesajen akan dilakukan besok pagi" Asti melemparkan kulit jambu yang telah ia sesap manisnya. Kulit jambu itu mengenai bahuku, membuatku berseloroh dengan kata kata kotor kemudian disambut dengan tawa oleh teman teman yang lain.

 "Katanya sih, pokoknya kita harus siap siap. Biar nggak ketahuan, nanti kita saling lempar kode. Oke?" sambut Bayu, anak laki laki bertubuh besar yang duduk di dahan samping Asti. Kami semua setuju. Pukul delapan kami harus sudah bersiap siap untuk penyerbuan yang maha besar.

Aku menatap Asti, ketua kelompok anak anak di desa ini. Matanya yang bening memantulkan bayangku yang sedang berdiri. Dia tersenyum, melempariku lagi dengan kulit jambu dan bersiap siap untuk melarikan diri.

Ya, itulah Asti. Gadis pemberani yang mulai beranjak dewasa. Dialah yang memimpin anak anak desa kami yang dinamakan Pasukan Kumbang Hitam. Perempuan itu yang mencetuskan ide gila untuk mencari peruntungan di pohon pepunden, tempat berbagai jenis sesajen diletakkan setiap panen raya. Dia tak pernah takut dengan apapun apalagi perkara setan dan hantu hantu penghuni pohon. Dia bilang semua makanan itu rezeki dari Tuhan, menaruh di bawah pohon sama saja membuang buang makanan.

"Tapi Asti, itukan memang makanan buat para hantu" kataku suatu ketika. Kami hanya berdua kala itu. Asti sibuk memunguti buah asam jawa yang jatuh. Dia tertawa, menepuk punggungku lalu berkata "Pernah lihat hantu makan ayam bakar?" tanyanya.

Aku menggeleng.

 "Itulah mengapa aku ajak kau dan anak anak untuk mengambil sesajen, toh itu tetap makanan. Janganlah takut, Boy. Setan itu tidak ada yang doyan makan pecel" katanya santai.

Kami pulang ke rumah masing masing. Aku masih berharap harap cemas. Berharap jika rencana kami esok hari akan berlangsung dengan baik. Namun aku juga mencemaskan banyak hal. Kutukan salah satunya, terlepas dari larangan untuk memelihara kemusyirkan di desaku. Sama seperti yang Pak Ustadz katakan dalam kelas mengaji di mushola.

Aku ulang ulang perhitungan akan tugasku, aku tak ingin mengecewakan Asti. Kali ini aku menjabat sebagai wakil panglima medan penjarahan, wakil untuk peran Asti.

-

Asti datang tepat pukul delapan. Dia membawa banyak kantung keresek. Pipinya yang gembil kuning dihiasi bedak tabur warna putih, merembet hingga ke batas luar dahinya. Asti mengulang intruksi. Memetakan satu per satu posisi kami sebelum penyerbuan dimulai. Dia melihat sekitar, melatih senyum manis polosnya jika sewaktu waktu tertawan musuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun