Mohon tunggu...
Deni imo
Deni imo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Suku Anak Dalam di Tengah Himpitan Kehidupan Modern

4 Mei 2018   11:15 Diperbarui: 4 Mei 2018   11:32 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suku anak dalam (suku kubu) adalah salah satu suku yang berasal dari Jambi tepatnya di daerah bukit dua belas Jambi. Tidak hanya di daerah itu saja suku kubu ini (biasa di sebut orang kubu) bisa ditemui di daerah sekitar Merangin Jambi dan sekitarnya. Biasanya mereka hidup berkelompok dan biasa berpindah-pindah dari tempat satu ketempat lainnya. Kurang lebih satu bulan untuk berpindah-pindah, kalau seandainya buruan sudah tidak banyak maka akan mencari ke tempat lainnya.

Sedangkan tenda yang digunakan suku kubu ini memakai terpal sebagai tempat untuk berteduh ataupun tidur sehari-hari. Caranya pun sederhana sekali hanya dengan menggunakan kayu yang ditata sejajar sebagai alasnya, dan biasanya untuk membuat tempat tidur ini dilakukan oleh kaum perempuan untuk laki laki bertanggungjawab mencari nafkah dengan berburu di hutan. Babi adalah sasaran utama buruan mereka, namun babi tidak hanya untuk dimakan saja melainkan untuk dijual ke pengepul yang siap membelinya.

Di era yang modern ini alat untuk memburu pun sudah semakin canggih, mereka sudah tidak lagi menggunakan tombak, jaring, ataupun perangkap lainnya melainkan menggunakan tembak rakitan biasa di sebut cepek. Cepek adalah alat atau senjata api rakitan laras panjang atau pun pendek. Biasanya cepek ini menggunakan peluru dari potongan besi diameter sekitar jari kelingking. Setelah modern kebanyakan mereka pun sudah meninggalkan cara lama dan berburu dengan senjata api rakitan. Sepertinya tidak ada larangan penggunaan senjata api rakitan ini untuk suku kubu tidak tau alasan apa yang membiarkan mereka menggunakan secara bebas.

Dengan kondisi demikian adakah yang peduli suku tersebut? Tak disangka memang, yang namanya Tentara terutama Kodam II/Sriwijaya dengan pemerintah Kabupaten Sarolangun melakukan terobosan besar dengan membuatkan pemukiman agar suku anak dalam dapat menetap. Sebagaimana yang telah dilansir oleh berbagai media beberapa waktu yang lalu Pangdam II/Sriwijaya Mayjen TNI AM Putranto melakukan peletakan batu pertama untuk pemukiman anak dalam Desa Lubuk Jering Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun, Jambi.

Kehadiran Pangdam II/Sriwijaya untuk kesekian kalinya ke wilayah ini dengan menggunakan Helikopter TNI AD Bell-412 yang didampingi oleh Bupati Sarolangun Drs H Cek Endra dalam rangka peletakan batu pertama dimulainya pembangunan Kawasan Terpadu SAD (Suku anak Dalam). Kepedulian TNI khususnya Kodam II/Sriwijaya terhadap kondisi kehidupan Warga SAD dan upaya-upaya yang telah dilakukan selama ini dalam meningkatkan kesejahteraan Warga SAD.

Sebagaimana yang diungkapkan Pangdam II/Sriwijaya pada kesempatan itu mereka memaparkan bahwa Konsep Pembangunan Kawasan Terpadu SAD dihadapan warga SAD melalui Videotron yang telah disiapkan di tempat acara. Sehingga pesan-pesan yang disampaikan oleh Mayjen TNI AM. Putranto dapat diterima dengan baik oleh warga SAD dan dapat menangkap keinginan Kodam II/Sriwijaya untuk menyetarakan kehidupan Warga SAD, baik melalui pembangunan fisik maupun non fisik.

Pada dasarnya tujuan pembangunan Kawasan Terpadu SAD di atas lahan seluas 10 hektare ini, menurut Pangdam II/Sriwijaya adalah semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan Warga Suku Anak Dalam, sekaligus menyetarakan kehidupannya sehingga dapat sejajar dengan masyarakat Indonesia pada umumnya. 

Ia juga menginginkan agar Warga SAD bisa secara bertahap meninggalkan budaya Nomaden (hidup berpindah-pindah), bisa mendapatkan kesamaan hak dalam pelayanan kesehatan yang layak. "Dan memiliki agama sesuai keyakinannya, memiliki keterampilan untuk memenuhi kebutuhannya melalui usaha peternakan, pertanian dan perkebunan serta bisa hidup secara rukun dan damai," sebutnya.

Sesuai dengan Site Plan, nantinya dalam kawasan tersebut akan tersedia beberapa infrastruktur antara lain lapangan sepakbola, balai serba guna sebagai tempat untuk berkumpul dan bersosialisasi antar warga, balai pengobatan dan informasi sebagai pusat layanan kesehatan serta informasi, tempat ibadah untuk mengenalkan agama kepada warga SAD, perumahan dengan desain rumah panggung yang dinilai lebih sesuai dengan keinginan warga SAD dan MCK Komunal.

Selain itu juga di area tersebut nantinya juga akan dilengkapi dengan Demplot-Demplot sebagai media untuk mengenalkan teknik pertanian, peternakan hingga perkebunan kepada Warga SAD yang selama ini dikenal memenuhi kehidupannya dengan berburu atau bersandar pada hasil hutan (Nomaden).

Menurut informasi yang kami terima sampai kini tercatat ada 6 pemuda SAD sudah dilantik menjadi prajurit Kodam II/Sriwijaya, yang nantinya mereka membantu para Babinsa. Tugas tersebut tentunya untuk memberikan pemahaman kepada keluargnya agar segera tinggalkan kehidupan nomaden menjadi kehidupan yang menetap pada suatu wilayah dan tempat yang nyaman dan tentram.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun