Mohon tunggu...
Immortal Unbeliever
Immortal Unbeliever Mohon Tunggu... wiraswasta -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Headstrong, Stubborn, Greatdash, Stedfast E:riot@america.hm

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ini Contoh Revolusi Mental Menyikapi Kenaikan BBM

18 November 2014   20:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:29 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14162879161320771145

[caption id="attachment_376270" align="alignnone" width="714" caption="perlu revolusi mental menyikapi kenaikan BBM, sumber:twitter.com"][/caption]

Konsumsi BBM (subsidi) tergantung dari impor karena supply dalam negri tertinggal dari demand seiring pertumbuhan kendaraan bermotor. Sudah barang tentu seperti komoditas yang diimpor, harganya tunduk kepada mata uang internasional yang berlaku. Sama dengan komoditas impor lainnya seperti HP dan lain-lain harganya akan ditentukan oleh kurs mata uang asing terhadap Rupiah.  Ibaratnya, jika membeli seharga 0,8 dollar per liter lalu dijual di bawah 0,6 USD per liter, maka akan merugi. Jika merugi terjadi pada level pribadi maka itu hanya akan  membuat bangkrut seseorang pada akhirnya. Sebaliknya pada level negara, tentu kerugian akan bisa ditutupi dari pemasukan devisa dan pajak. Akan tetapi, kemampuan negara mengkompensasi kerugian itu akan sangat tergantung dari pemasukan yang dihasilkan oleh ekspor. Jika, dibiarkan merugi terus, maka akhirnya negara akan gagal dalam membiayai operasional bernegara seperti membiayai pembangunan infrastruktur dan gaji abdi negara.

Pulau Jawa tempat mukim 70% penduduk Indonesia adalah wilayah termanja dalam pemborosan BBM. Berbeda dengan penduduk di Indonesia Timur yang 'terbiasa' membeli BBM di atas Rp 10,000/liter bahkan bisa mencapai Rp 25,000/liter, penduduk di Jawa (yang menolak kenaikan BBM) terlihat kurang bersyukur. Kelangkaan BBM di Indonesia Timur salah satunya juga disebabkan oleh penyelundupan BBM yang sebetulnya dialokasikan kesana namun 'bocor' di tengah laut karena selisih harga yang tinggi bila dijual ke kapal-kapal asing di tengah laut. Penderitaan penduduk Indonesia Timur itu demi nyamannya penduduk pulau Jawa yang terus menerus mengkonsumsi BBM secara boros dan murah itu.

Sekaranglah saatnya, penduduk pulau Jawa pengguna Kendaraan Bermotor untuk punya wawasan keIndonesiaan. Jangan mudah sewot bila warga perbatasan hijrah ke negara tetangga, akan tetapi lupa bahwa dengan tindakan sederhana seperti mengurangi konsumsi BBM subsidi akan memperkuat kemampuan pemerintah untuk mengurusi penduduk Indonesia di perbatasan.

Renungkanlah sekali lagi tulisan pada gambar di atas, lalu tanyakan ke diri sendiri; bagaimana merespon kenaikan harga BBM secara bijak?

http://regional.kompas.com/read/2014/11/18/10500721/.Harga.Rp.8.500.Saja.Mengeluh.Kami.dari.Dulu.Bayar.Rp.10.000.?utm_campaign=popread&utm_medium=bp&utm_source=news

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun