Mohon tunggu...
Mega Widyastuti
Mega Widyastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Mahasiswi jurusan Psikologi dan Sastra Hobi membaca dan menulis Genre favorit self improvement dan psikologi Penikmat kata Instagram @immegaw

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Anak Melakukan Kesalahan Fatal?

31 Januari 2023   07:47 Diperbarui: 31 Januari 2023   08:00 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir akhir ini kita dihebohkan dengan maraknya kasus pidana yang dilakukan oleh sejumlah anak dibawah umur (dibawah 18tahun). Mulai dari kasus pemukulan/pembulian dilingkungan sekolah, pemerkosaan antar anak SD, sampai pembunuhan dengan motif menjual organ.

Siapa yang salah?

Jika kita berbicara soal siapa yang salah, tentu saja semuanya salah. 

  • Orang tua: Mereka bersalah karena telah gagal mendidik moral anaknya.
  • Guru: Mereka bersalah karena telah gagal menanam nilai-nilai berbudi pekerti luhur yang baik.
  • Keluarga: Mereka bersalah karena tidak mampu mencukupi kebutuhan rohani anggota keluarganya.
  • Teman sebaya: Mereka bersalah karena tidak mampu saling  menjaga satu sama lain.
  • Figur orang tua dilingkungan: Mereka bersalah karena gagal menjadi figur yang baik untuk lingkungannya.
  • Tayangan TV dan influencer: Mereka bersalah karena gagal menayangkan konten edukatif tapi menarik.

Dan masih banyak lagi yang salah.

Kenapa anak melakukan kesalahan yang fatal? 

Ada banyak faktor penyebab anak melakukan kesalahan yang fatal, diantaranya

  • Pola asuh permisif dari orang tua (dimanjakan), memanjakan anak adalah salah satu bentuk kasih sayang kepada anak. Namun menjadi celaka bila sikap memanjakan ini berlebihan. Seperti tetap membela anak meskipun dia salah dan membebaskan anak melakukan apapun yang dia inginkan tanpa batas meskipun melanggar norma sosial. 

  • Hal seperti ini tentu saja jadi membentuk perilaku anak menjadi individu yang semena-mena dan mengentengkan pelanggaran moral yang dilakukannya karena sang anak tahu bahwa dia akan dibela.

  • Pola asuh otoriter dari orang tua, beberapa orang tua memberlakukan pola asuh otoriter demi membentuk karakter 'anak baik' pada buah hatinya. Biasanya para orang tua memberikan hukuman yang cukup berat bagi anak jika anak melakukan pelanggaran, sehingga sang anak menjadi 'takut' melanggar aturan orang tua. 

  • Hal seperti ini saja jadi membentuk perilaku anak menjadi individu yang akan menampakkan citra diri yang sesuai dengan yang diinginkan orang tua tidak peduli meskipun dirinya telah melakukan pelanggaran diluar jangkauan penglihatan dan pendengaran orang tua yang terpenting dirinya bisa terbebas dari hukuman.

  • Masuknya informasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas otaknya. Dahulu saya sering melihat tanda 13+, RBO, 18+, 21+ namun sekarang rasa rasanya saya sudah jarang melihat tanda tersebut. Sekalipun didalam konten yang disajikan terdapat himbauan tersebut, namun waktu penayangan diwaktu luang anak menyebabkan sang anak tetap mengkonsumsi informasi yang sebenarnya belum mampu diolah oleh otaknya.

  • Lingkungan bermain anak yang tidak didampingi oleh orang tua. Terkadang orang tua lengah dalam memantau dengan siapa sang anak bermain dan apa yang menjadi topik permainan sang anak. 

  • Boleh jadi yang dilihat orang tua sang anak sedang bermain dengan rekan sebayanya tapi orang tua tak tahu bagaimana karakteristik rekan sebayanya dan boleh jadi yang dilihat orang tua tontonan anak adalah kartun tapi orang tua tak tahu bagaimana 'isi' konten tersebut.

Di atas adalah beberapa faktor yang menjadi cikal bakal anak melakukan kesalahan yang fatal.

Semoga diri kita, keluarga, dan orang yang kita sayangi senantiasa dalam perlindungan. aamiin

Sekian

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun