Mohon tunggu...
Mega Widyastuti
Mega Widyastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Mahasiswi jurusan Psikologi dan Sastra Hobi membaca dan menulis Genre favorit self improvement dan psikologi Penikmat kata Instagram @immegaw

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Jangan Berikan Kesempatan Kedua Pada Pasanganmu

10 Januari 2023   09:11 Diperbarui: 10 Januari 2023   09:14 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Dalam hidup, kita dituntut untuk menjadi 'orang baik'

Namun, 'baik' sangatlah luas maknanya. Bahkan baik bisa berubah bentuk menjadi 'tidak baik' disituasi, kondisi, dan persepsi yang berbeda. Salah satu turunan dari makna 'baik' adalah memaafkan dan memberi kesempatan kedua pada setiap individu tanpa memandang ras, suku, agama, antar golongan, termasuk gender. Memberi maaf juga merupakan sikap yang diperintahkan oleh agama untuk mendapatkan ganjaran berupa pahala.

Dengan memaafkan, diharapkan kita bisa menjaga perdamaian dan kesehatan mental diri sendiri. Tapi bagaimana jika ternyata ada 'oknum' yang memanfaatkan kebaikan hati kita dengan sering melakukan kesalahan yang sama, meminta maaf, meminta kesempatan kedua, memanfaatkan kalimat 'manusia tak luput dari dosa dan kesalahan. Memaafkan adalah kewajiban dalam agama' kemudian mendapatkan tempat, dan mengulanginya lagi seolah tahu bahwa diri kita sudah pasti akan menerimanya lagi?

Memangnya ada ya orang yang seperti itu?

Banyak...

Tapi, semoga jumlahnya akan semakin sedikit dengan adanya kemudahan memperoleh hal-hal positif guna meningkatkan kesadaran.

Lantas, bagaimana kita harus menyikapinya?

Menurutku, makna dari kita harus saling memaafkan yang dianjurkan oleh agama tidak serta merta memaafkan lalu menerimanya lagi dalam hidup kita. Hal yang membedakan diri kita dengan hewan adalah 'akal' yang merupakan anugerah dari Tuhan. Jadi, kita harus menggunakan akal atau sisi rasionalitas kita untuk memutuskan apakah kita akan memaafkan sekaligus memberikannya kesempatan kedua atau cukup memaafkan saja. 

Bagiku kesempatan kedua untuk orang yang pernah menyakiti kita adalah orang yang telah melakukan suatu hal menyakitkan yang benar-benar baru pertama kali dilakukannya dan dia sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti (khilaf yang sesungguhnya) dan untuk hal-hal yang memang dalam pengambilan keputusannya tidak menggunakan rasionalitas atau kesalahan yang benar-benar sepele atau yang biasanya bersifat menjengkelkan dan tidak menimbulkan banyak kerugian materiil dan immateriil jangka panjang dan jangka pendek.

Saat saya masih duduk disemester 2.  saya pernah mendapatkan nasehat tentang hubungan :

'Suatu hari nanti saat kalian sudah memiliki pasangan hidup, maafkanlah segala hal yang dilakukan oleh pasangan kalian yang mungkin akan membuat kalian jengkel. Karena biar gimanapun juga kalian berdua adalah dua individu yang disatukan, jadi sangat wajar jika memiliki perbedaan persepsi dan hakikatnya kalian berdua adalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Tapi, kalian harus berpikir ulang untuk memberi kesempatan kedua pada pasangan kalian yang berselingkuh, suka memukul (ringan tangan), dan main judi. Karena hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan (rasionalitas) sebelumnya'

@immegaw_ Saat kamu memberikan kesempatan kedua setelah dia selingkuh, itu artinya kamu harus siap untuk memberikan kesempatan ketiga untuknya selingkuh, dan seterusnya. Saat kamu memberikan kesempatan kedua untuknya berhenti berjudi, kamu harus siap kehilangan banyak hal. Saat kamu memberikan kesempatan kedua untuknya berubah dan tak kasar padamu, kamu harus siap untuk babak belur (lagi) #mahasiswa #serunyabelajar #serunyamembaca #lifejourney #siklushidup #dewasa #masadepan #masalalu #TumbuhdanTangguh #improve #jadidewasa #selflove #relationship #selingkuh #juddi #ringantangan  Musik Relaksasi - Formasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun