Mohon tunggu...
Lyfe

Kurikulum Nasional: Terkesan Dipaksakan?

18 Mei 2017   10:17 Diperbarui: 18 Mei 2017   11:06 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fanny Immazuddin/kelompok 1/sastra inggris/UNJ

 

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menjunjung pendidikan karakter siswa, penilaiannya pun bukan hanya dari kognitif saja tetapi juga afektif yaitu menilai sikap siswa terhadap teman, guru, dan warga sekolah. Memang tujuan kurikulum ini bagus, seorang siswa tidak diberatkan dengan nilai karena nilai bukan patokan untuk penilaian seorang siswa lagi, melainkan adanya bantuan kebaikan sikap. Hal ini sangat bagus dikarenakan kecerdasan tiap orang berbeda dan tidak dapat dipaksakan, tetapi sikap bisa dibentuk dengan menerapkannya setiap hari kepada warga sekolah. Di kurikulum ini pun siswa/i dituntut untuk lebih aktif dan guru hanya sebagai fasilitator, jadi sudah tidak seperti KTSP lagi dimana semua kegiatan belajar mengajar berpusat di pengajar/guru, di kurikulum 2013 siswa/i lah yang menjadi pusat pembelajaran dengan media presentasi tugas dan guru hanya membantu dan membenarkan jika siswa/i-nya menghadapi kebingungan. Dilihat dari sisi pemaparan dan konsepnya sistem pendidikan ini sangatlah efektif dan efisien. Tetapi tidak ada yang sempurna, kurikulum ini pun memiliki banyak kekurangan yang membuat kurikulum ini timpang dan tidak seimbang.

Banyak pihak yang beranggapan bahwa M.Nuh terlalu terburu buru dalam penerapan Kurikulum baru. Baik dari segi kesiapan mandiri tim guru pengajar dalam menghadapi kurikulum baru tersebut dan ketersediaan buku buku paket yang seharusnya dipersiapkan lebih matang agar dapat menyebar lebih rata. Jangan asal menerbitkan dan mengedarkan ke seluruh sekolah ternyata isinya tidak memiliki mutu yang bagus dan penganggaran dana harus dipertimbangkan dengan matang, agar tidak terlalu membebani pemerintahan daerah setempat. karena tidak semua sekolah mampu untuk menyelenggarakan kurikulum 2013, tidak semua sekolah semaju sekolah sekolah di daerah Ibu Kota,dan tidak semua daerah mampu untuk menganggarkan dana yang tidak sedikit untuk penerapan kurikulum tersebut. Di sekolah sayapun merasakan kurikulum 2013 khususnya angakatan saya yang pertama kali melaksanakan kurikulum ini, banyak buku yang lambat disediakan oleh sekolah, dikarenakan distribusi buku yang kurang cepat karena pusat percetakan buku berada diluar jakarta, sehingga membutuhkan waktu lebih dan ongkos lebih juga untuk mengirim buku. hal ini sangat memberatkan proses pengajaran, sehingga membuat guru sendiri juga kewalahan, sehingga akibatnya guru menggunakan media pembelajaran yang lama agar kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung. Hal lainnya adalah pemberian pelatihan kepada tim pengajar masih sangat kurang efektif bahkan sampai memangkas jam pelajaran karena guru dijadwalkan pelatihannya bertepatan dengan jam mengajarnya, sehingga hal ini juga menganggu ke efektifan belajar siswa/i yang mengakibatkan banyak kekosongan jam belajar sehingga murid tidak mendapat asupan ilmu yang cukup.

Dari permasalahan tersebut, solusi yang dapat dilakukan menurut pendapat saya adalah dengan mempersiapkan secara matang untuk segala keperluan kurikulum 2013. Baik dari segi kualitas guru, kualitas buku, dan anggaran yang harus diperhitungkan secara matang. Jangan sampai anggaran dana yang sudah di keluarkan terbuang dengan tanpa hasil dan membuat sistem kurikulum 2013 mengambang tanpa alur yang jelas. Hal fatal yang terjadi jika tidak ada persiapan dari guru adalah, ketidakjelasan ilmu yang disampaikan oleh guru dan malah membuat murid bingung atas materi yang diajarkan di sekolah sehingga terlalu banyak waktu terbuang di kelas karena hal tersebut dan murid tidak mendapatkan ilmu baru saat sampai di rumah. Bukankah fungsi belajar adalah agar murid atau siswa mendapatkan ilmu yang memiliki manfaat untuk masa depannya? Seharusnya pemerintah lebih mempriotaskan kelayakan dalam system mengajar baik gedung sekolah, alat alat penunjang pembelajaran. Masalah ketersediaan bangku dan kursi sekolah, ketersediaan tim pengajar, secara merata di seluruh Nusantara hingga pelosok saja pemerintah tidak mampu, dan sekarang hendak membuat kurikulumbaru. Seharusnya perhatikan hal hal kecil terlebih dahulu sebelum membenahi hal besar yang lebih kompleks seperti penerapan kurikulum baru.

Konsep dan pemaparan kurikulum 2013 ini sangatlah bagus, pemerintah khususnya mendikbud M. Nuh mengharapkan murid sekolah bukan hanya terpaku pada nilai saja tetapi pembentukan sikap dan karakter siswa/i harus di tempa dan di maksimalkan, sehingga mereka siap saat memasuki dunia perkuliahan yang memiliki banyak tekanan. Lucunya fenomena ini seperti pedang bermata dua, harapan dari kurikulum ini sangat bagus tetapi persiapannya masih sangat mentah dan terkesan dipaksakan. Harapan saya kedepannya jika ingin menerapkan suatu kebijakan agaknya harus di teliti terlebih dahulu dan dipersiapkan secara matang baru dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebenarnya dari suatu kebijakan tersebut.

 

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun