Mohon tunggu...
immawan syarif
immawan syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Magister Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menciptakan Keseimbangan dalam Belajar

30 Juli 2021   05:54 Diperbarui: 30 Juli 2021   06:04 1744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keseimbangan dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting, bahkan menjadi penentu dari hasil belajar siswa. Fritz Heider sebagai pencetus teori keseimbangan mengemukakan bahwa teori keseimbangan awalnya diformulasikan guna menjelaskan struktur hubungan sikap dan perubahannya dalam konteks hubungan interpersonal. Dalam pengertian sederhana, teori keseimbangan dapat diartikan sebagai teori perubahan sikap pada seseorang.

Proses pembelajaran dikatakan seimbang jika sikap atau hubungan interpersonal antara guru, siswa dan pembelajaran bersifat positif. Namun ketika salah satu dari elemen tersebut bersifat negatif, maka yang terjadi adalah ketidak seimbangan dalam proses pembelajaran. Ketidak seimbangan belajar ini akan sangat berdampak pada minat dan moyivasi belajar siswa, sehingga akan menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menyerap pembelajaran.

Ketidak seimbangan ini menurut Fritz Heider tidak akan berlangsung lama, karena ketika terjadi suatu ketidak seimbangan di dalam proses pembelajaran maka secara langsung ataupun tidak langsung seseorang akan mengarahkan sikap dan perilakunya tersebut terhadap keseimbangan. Artinya dibutuhkan usaha dan upaya dalam merubah dan membentuk keseimbangan dalam pembelajaran di dalam kelas, sehingga terjadi pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan.

Atribusi dalam Belajar

Untuk dapat menentukan penyebab dari terjadinya ketidak seimbangan dalam proses pembelajran, maka hal yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah dengan menentukan atribusi dari siswa. Fritz Heider berpendapat bahwa teori atribusi ini adalah cara individu memahami perilakunya sendiri dan perilaku orang lain dengan cara mencari sebab setiap individu berperilaku. Teori ini mengacu pada bagaimana seseorang menjelaskan tentang penyebab terjadinya perilaku dalam dirinya sendiri maupun orang lain.

Menurut Heider teori atribusi ini didasarkan pada hukum kausal (sebab akibat), dimana dalam hal ini dibedakan ke dalam dua sebab yaitu disposisional dan situasional. Disposisional ini merupakan sebab yang datang dari dalam diri seorang atau disebut juga sebagai sebab internal, dalam hal ini bisa berupa sifat pribadi, persepsi diri, minat, motivasi dan sebagainya. Sementara situasional merupakan sebab yang datang dari luar atau sebab eksternal yang mempengaruhi perilaku seorang, dalam hal ini bisa berupa situasi sosial, lingkungan, kondisi sosial, pandangan masyarakat dan lain sebagainya.

Setelah seorang guru memahami atribusi dari siswa, tentunya guru akan dengan mudah mengetahui penyebab dari terjadinya ketidak seimbangan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Dengan demikian guru dapat dengan mudah menangani dan menyeimbangkan kembali proses pembelajaran atau hubungan antara mereka dengan siswa. Mengenai faktor disposisional ini, Heider berpendapat bahwa faktor disposisional ini sulit diketahui karena tersembunyi dan berasal dari dalam diri siswa, sehingga untuk bisa mengatakan faktor disposisional sebagai penyebab dari perilaku siswa, yaitu apabila ternyata bahwa faktor situasional (eksternal) tidak muncul dalam diri siswa.

Reward dan Punishment

Ketika ketidak seimbangan itu terjadi dalam diri siswa karena faktor disposisional, maka guru harus mampu memotivasi dan memberikan semangat kepada siswa dalam belajar. Guru dapat meberikan reward dan punishment kepada siswa. Jika siswa bersikap positif dalam pembelajaran, maka guru harus memberikan reward (hadiah) kepada mereka supaya sikap tersebut dapat dipertahankan dan dapat menjadikan pondasi agar pembelajaran tetap berjalan seimbang.

Begitupun sebaliknya ketika ada seorang individu atau siswa yang kurang bersemangat dan bersikap negatif dalam pembelajaran atau bahkan membuat pembelajaran tidak kondusif, maka guru harus memberikan punishment (hukuman) kepada siswa tersebut agar terjadi efek jera. Artinya reward dan punishment ini sebagai pengontrol atribusi atau tinghkahlaku siswa supaya tetap berikap positif dalam pembelajaran dan menciptakan suasana belajar yang seimbang dan menyenangkan.

Namun hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru adalah ketika memeberikan reward (hadiah) kepada siswa, guru dituntut untuk tidak berlebihan agar tidak menimbulkan sifat ketergantungan siswa dalam belajar. Artinya ketika siswa yang terbiasa diberikan reward (hadiah) dalam proses pembelajaran, kemudian suatu waktu tidak diberikan reward oleh guru maka kemungkinan besar siswa tersebut menjadi tidak bersemangat dan kurang termotivasi untuk belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun