Mohon tunggu...
Imla Qolbi
Imla Qolbi Mohon Tunggu... Freelancer - Rakyat biasa

Membaca adalah caraku melihat dunia. Menulis adalah caraku mengabadikan peristiwa. Rumah lain di dunia maya ada di https://www.imlaqolbi.my.id/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bisa, Mencari Kebahagiaan?

28 Maret 2023   11:49 Diperbarui: 28 Maret 2023   11:59 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Carapandang

Bahagia. Satu kata yang menjadi dambaan setiap manusia. Banyak orang berlomba-lomba mencari cara agar bahagia hidupnya. Padahal, tidak ada rumus pasti untuk menemukan kebahagiaan. Ini berlaku untuk individu. Berbeda dengan negara, yang bisa diketahui apakah negara tersebut bahagia atau tidak dilihat dari jumlah indeks kebahagiaan dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

Indonesia sendiri masih jauh dari peringkat tersebut. Negara paling bahagia di dunia pada tahun 2022 diperoleh oleh Finlandia seperti dikutip dari CNBC Indonesia. Disusul oleh Denmark, Swiss, Islandia, Belanda, Norwegia, Swedia, Lukxembourg, New Zealand, dan Austria. Indonesia sendiri ada di urutan yang ke 8o negara paling bahagia di dunia.

Tapi, sebenarnya bahagia itu apa? Bisakah bahagia dicari?

Perspektif Tentang Kebahagiaan

Bagi setiap orang, kebahagiaan memilki makna yang berbeda-beda. Ada seseorang yang bahagia jika berhasil mencapai cita-citanya, atau dia merasa bahagia jika mempunyai rumah sendiri (karena saat itu dia masih mengontrak), dan sebagainya. Intinya, kebahagiaan tidak bisa diukur secara kasat mata, namun bisa dirasakan olehnya sendiri.

Kebahagiaan adalah keseimbangan dan penerimaan. Setidaknya itu menurut saya. Manusia hidup akan mengalami berbagai macam rasa dan tantangan. Ada sedih dan senang, ada bangga dan kecewa, ada untung dan rugi, ada malu dan lucu. Seperti pepatah yang sering kita dengar. Hidup seperti roda yang berputar, kadang di bawah dan kadang di atas.

Pertama yang harus dilakukan adalah untuk bisa mengenali diri kita sendiri. Apa potensi kita, apa yang bisa dan tidak bisa kita lakukan. Pasalnya, banyak orang yang bahkan tidak tahu dia ingin menjadi apa atau ingin bagaimana. Hidupnya pun terasa biasa-biasa saja kalau tidak mau dibilang hampa. Hidup yang seimbang akan lebih terasa bermakna.

Ada orang yang hidupnya penuh tekanan. Pekerjaan yang menumpuk, atau kondisi ekonomi yang sulit. Dia tidak bahagia karena merasa tertekan akan hidupnya sendiri. Sebaliknya, ada orang yang lebih sering bermain, hangout ke sana kemari tanpa tujuan yang jelas. Namun, dia tetap merasa hidupnya tidak bahagia.

Jadi, kebahagiaan adalah keseimbangan. Ketika hidup terasa berat, pekerjaan menumpuk, kita butuh meluangkan waktu sendiri untuk mengisi ulang semangat dalam menjalani hidup. Sebaliknya, ketika hidup terasa hampa karena tidak ada kegiatan yang berarti, kita perlu untuk mencoba keluar dari zona nyaman. Mencoba sesuatu yang baru dan menantang. Hidup menjadi lebih berwarna dan bermakna.

Kebahagiaan adalah penerimaan. Ketika tahu siapa dan bagaimana kita. Menerima diri apa adanya akan menimbulkan perasaan tenang. Tak perlu membandingkan diri dengan orang lain karena setiap orang terlahir berbeda.

Cukup maksimalkan bakat yang kita punya agar bermanfaat untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Rumput tetangga akan selalu terlihat lebih hijau. Dalam buku ESQ karya Ari Ginanjar Agustian, juga dikatakan bahwa pembanding yang menyesatkan adalah belenggu yang membuat hati menjadi tidak tenang.

Apakah Warga Negara Indonesia Bahagia?

Indeks kebahagiaan Indonesia naik sedikit, dari 70,69 menjadi 71,49 pada tahun 2022. Jika dibandingkan negara-negara di Eropa yang indeks kebahagiaannya masuk 10 besar, tentu indeks kebahagiaan Indonesia jauh tertinggal. Mari kita lihat kriteria penilaian indeks kebahagiaan ini. Mulai dari kepuasan warga terhadap kinerja pemerintah, tentang kesehatan, pendidikan, keamanan, lingkungan, dan sebagainya.

Jika dilihat dari kriteria indeks kebahagiaan tersebut, secara umum warga Indonesia masih jauh dari sejahtera. Jika kita lihat daerah pinggiran, hal itu akan terasa semakin nyata. Terlebih, media banyak memberitakan tentang pelanggaran kebijakan, korupsi oleh pejabat pemerintah, unjuk rasa, dan sebagainya. Namun kembali lagi, bahwa urusan "merasa bahagia" adalah persoalan masing-masing individu.

Indonesia adalah negara kepulauan yang luas. Mempunyai agama, suku, bahasa, dan budaya yang berbeda. Upaya memperoleh indeks kebahagiaan yang lebih tinggi tentu bukan perkara mudah. Ditambah kesadaran sebagian warga maupun pejabatnya yang masih suka mengeruk keuntungan secara instan.

Namun, bagi saya pribadi, menjadi warga negara Indonesia berarti saya tinggal di rumah sendiri. Tinggal di lingkungan sendiri. Ketika kami bebas menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Saling menghargai perbedaan. Kembali lagi, bahwa kebahagiaan adalah penerimaan. 

Jadi, menurutmu apakah bahagia bisa dicari?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun