Mohon tunggu...
Imla Qolbi
Imla Qolbi Mohon Tunggu... Freelancer - Rakyat biasa

Membaca adalah caraku melihat dunia. Menulis adalah caraku mengabadikan peristiwa. Rumah lain di dunia maya ada di https://www.imlaqolbi.my.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Konversi Kompor Gas ke Kompor Listrik? Pertimbangkan Beberapa Hal Ini

22 September 2022   20:36 Diperbarui: 22 September 2022   20:57 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini, ada hal menarik sekaligus heboh dan meresahkan yang dirasakan masyarakat Indonesia. Ia adalah wacana kebijakan pemerintah dan PT PLN tentang konversi kompor gas ke kompor listrik. Pemerintah ceritanya ingin membuat kebijakan untuk beralih dari penggunaan kompor gas dengan LPG 3 kg ke kompor listrik.

Wacana kebijakan baru ini disebabkan karena gas melon atau gas LPG 3 kg yang seharusnya diperuntukkan bagi kaum menengah ke bawah, ternyata banyak digunakan oleh masyarakat menengah ke atas. 

Harganya yang jauh lebih murah karena mendapat subsidi dari pemerintah tentu lebih menarik minat mereka yang notabenenya berasal dari kalangan menengah ke atas. Alasan lain adalah karena pemerintah ingin menghemat anggaran negara yang berasal dari pengurangan impor LPG.

Karena alasan inilah maka pemerintah ingin mengalihkan penggunaan kompor gas yang menggunakan LPG 3 kg dengan kompor listrik. Namun, bayangan yang pertama kali muncul ketika mendengar kompor listrik adalah membengkaknya penggunaan listrik di rumah, dan apakah dayanya cukup kuat untuk menggunakan kompor listrik.

Pemerintah sedang melakukan uji coba penggunaan kompor listrik ini di beberapa kota. Namun, keresahan warga tidak hilang begitu saja. Banyak hal yang harus diperhatikan dan menjadi pertimbangan ketika akhirnya masyarakat memilih untuk menggunakan kompor listrik. Hal-hal yang perlu diperhatikan tersebut di antaranya sebagai berikut.

Persoalan Daya Listrik Rumah Tangga dan Penggunaan Kompor Listrik

Jika kebijakan ini adalah untuk mengganti kompor gas yang menggunakan gas LPG 3 kg, maka yang menjadi sasarannya tentu kalangan menengah ke bawah. Masalahnya adalah daya listrik rumah tangga kalangan menengah ke bawah sebagian besar adalah 450 VA (Volt Ampere) atau 900 VA.

Daya listrik tersebut tentu tidak akan kuat untuk menghidupkan kompor listrik dengan daya 1000 VA. Sedangkan listrik digunakan bukan hanya untuk kompor saja. Ada kulkas, TV, lampu, air, dan sebagainya. Menanggapi hal ini, PT PLN mengatakan akan menggunakan MCB (Miniature Circuit Breaker) khusus agar daya listrik tidak perlu dinaikkan. Namun, wacana ini pun dinilai kurang efektif.

Penggunaan Kompor Listrik Harus Menggunakan Peralatan Memasak Khusus 

Masalah selanjutnya yang menjadi pertimbangan dalam menggunakan kompor listrik adalah soal peralatan memasak. Ternyata, tidak semua peralatan memasak dapat digunakan. Jika menggunakan kompr listrik, peralatan memasak seperti panci atau wajan harus menggunakan bahan dari stainless steel atau besi.

Lalu, bukankah jika menggunakan kompor listrik, peralatannya juga harus diganti semua? Tentu ini tidaklah efisien. Walaupun dalam uji coba penggunaan kompor listrik pemerintah memberikan peralatan masak secara gratis bersamaan dengan kompor listrik, tetapi peralatan masak yang dibutuhkan tidak hanya panci atau wajan saja.

Dampak Penggunaan Kompor Listrik Pada Industri Kompor Gas dan Aksesorisnya

Kebijakan konversi kompor gas dengan LPG 3 kg ke kompor listrik mau tidak mau akan berdampak pada industri yang memproduksi kompor gas dan segala jenis aksesorisnya. Paling tidak, akan ada penurunan omset yang cukup besar karena masyarakat beralih ke kompor listrik, dan ancaman PHK akan menjadi mimpi buruk karyawannya.

Kompor Listrik Tidak Bisa Dinikmati Secara Merata oleh Masyarakat Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun