Novel karya Arafat Nur ini sebenarnya mempunyai ide cerita yang sederhana, di mana kejadiannya sering kali kita jumpai di kehidupan nyata. Namun, cerita sederhana itu dieksekusi dengan cara luar biasa. Berlatar di Aceh sebelum tsunami melanda, novel ini menggambarkan keadaan masyarakat pinggiran Aceh dengan keadaan mencekam ketika polisi dan tentara sering mencurigai siapapun yang diduga sebagai pemberontak.
Lebih lanjut, novel ini berkutat pada rumitnya pemikiran Mustafa sebagai tokoh utama, di mana dia dilanda dilema karena sikap istrinya yang selalu menyulut pertengkaran, tetapi tidak pernah bisa berpisah dengannya. Juga masalah novel yang dia yakini akan merubah hidupnya, tetapi tidak kunjung selesai penulisannya. Mustafa seperti berada di tempat paling sunyi di ujung dunia. Bahkan ketika dia berhasil menikahi Riana pun, bahagia tidak benar-benar bisa menyapanya.
Novel ini ditulis dengan gaya bahasa yang sederhana, lebih banyak berupa narasi dari pada dialog. Pembaca benar-benar merasakan kerumitan pikiran Mustafa. Beberapa bab akhir diceritakan pula tokoh Aku, seorang lelaki yang berniat untuk membukukan kisah Mustafa sehingga menemui beberapa orang yang kenal dengan Mustafa, untuk mencari novelnya yang mungkin masih ada.
Namun, akhir kisah ini sungguh di luar dugaan. Baik Mustafa maupun tokoh Aku masih berada di tempat paling sunyi di ujung dunia.