Mohon tunggu...
Imelda Octaviani Dwi Jasmin
Imelda Octaviani Dwi Jasmin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gangguan Kecemasan Akibat Covid-19

23 Juni 2021   10:28 Diperbarui: 23 Juni 2021   10:46 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Covid-19 merupakan masalah kesehatan dunia yang telah ditetapkan WHO sebagai
pandemic. Penyakit ini disebabkan oleh coronavirus SARS-CoV-2 dan menyerang sistem
pernapasan penderitanya (WHO, 2020). Di dunia, total kasus yang ada di dunia sampai dengan
9 Juni 2021 sebanyak lebih dari 170juta kasus, dan mencapai lebih dati 3 juta kematian (WHO,
2021). Di Indonesia, sudah ada lebih dari 1juta kasus dan lebih dari 50ribu kematian (KPCEN,
2021).
Selain berdampak pada kesehatan fisik, pandemic covid-19 ini juga berdampak pada
kesehatan mental (Vibriyanti, 2020). Kesehatan mental merupakan kesehatan emosional dan
psikologis dimana seseorang dapat menggunakan pemikiran dan kemampuan seseorang,
memiliki fungsi masyarakat, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mental yang tidak sehat
adalah mental yang terganggu yang dapat menghalangi seseorang untuk hidup sehat seperti
yang diinginkan oleh individu itu sendiri maupun orang lain (Semiun, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Brook, dkk (2020), pandemic Covid-19 ini memiliki
dampak psikologis di masyarakat, yaitu gangguan stress pascatrauma, kebingungan,
kegelisahan, frustasi, ketakutan akan terinfeksi, insomnia, dan merasa tidak berdaya. Merasa
cemas atau anxiety merupakan tahap awal saat seseorang mengalami gangguan kesehatan
mental. Cemas sendiri adalah kondisi ketidakberdayaan, perasaan tidak aman atau tidak matang
serta tidak mampu menghadapi tuntutan lingkungannya (Epstein, dkk, 2020). Gejala
kecemasan bisa berupa jantung bersebar, napas pendek, sulit tidur, waktu tidur kurang atau
lebih, mual, diare, dan lainnya.
Berdasarkan Survei Ketahanan Keluarga pada masa pandemic yang dilakukan Institut
Pertanian Bogor (IPB), dari 66% responden wanita yang sudah menikah menunjukkan gejala
psikologis yang paling banyak dialami adalah mudah cemas dan gelisah, mudah sedih, dan
kesulitan berkonsentrasi (Vibriyanti, 2020). Penelitian yang dilakukan di Meksiko pada 1105
responden, 50,3% diantaranya mengalami gangguan psikologis cukup berat, salah satunya
terdapat. 22,6% responden mangalami gangguan kecemasan berat (Cortes-Alvarez, dkk, 2020).
Sejalan dengan WHO (2020), yang menyebutkan adanya stress selama masa pandemic berupa
ketakutan dan kecemasan mengenaik keseatan diri maupun orang yang disayangi, perubahan
pola tidur dan/atau pola makan, sulit tidur dan konsentrasi, dan juga memperparah kondisi disik
seseorang yang memiliki riwayat penyakit kronis.
Covid-19 merupakan sumber stress baru yang mengakibatkan kecemasan. Menurut
penelitian yang dilakukan Setyaningrum dan Yanuarita (2020) di Kota Malang, faktor yang
mengakibatkan kecemasan adalah ketakutan terinfeksi virus yang dianggap sangat berbahaya
dan mematikan, adanya pemberlakukan physical distancing sehingga membatasi komunikasi
langsung, sehingga membatasi aktualisasi diri. Menurut Yustinus (2006) dalam Yanuarita
(2020), aktualisasi diri merupakan cara yang tepat untuk membantu memperbaiki kesehatan
mental seseorang. Kemudian, kecemasan tersebut bermetamorfosis menjadi ketakutan akan
kekurangan sumber ekonomi, sumber penghasilan, yang bisa menghambat dan menganggu
stabilitas kehidupan.
Faktor lain yang mempengaruhi gangguan kecemasan adalah Cyberchronria atau
pencarian informasi online tentang Covid-19 yang berlebihan (Jungmann & Witthoft, 2020).
Menurut Ahmad dan Murad (2020), media sosial memiliki dampak yang signifikan pada
penyebaran ketakutan dan kepanikan yang berhubungan dengan Covid-19. Disampaikan juga,
bahwa semakin tinggi pengetahuan yang dirasakan seseorang tentang Covid-19, maka akan
menunjukkan kecemasan lebih tinggi akan Covid-19.
Dari penulisan diatas, dapat disimpulkan bahwa Covid-19 tidak hanya menyerang
kesehatan fisik seseorang tetapi juga kesehatan mental masyarakat. Salah satunya adalah
gangguan kecemasan yang bisa diakibatkan karena ketakutan terinfeksi, adanya
pemberlakukan social distancing dan juga pencarian informasi tentang Covid-19 secara
berlebihan. Disarankan jika seseorang sudah merasakan gejala kecemasan, sebaiknya
melakukan pemeriksaan kepada professional.
Adapun cara untuk terhindar dari kecemasan dan juga untuk mengendalikan gangguan
kecemasan dengan melakukan aktivitas yang disukai, seperti menggambar, meditasi, melukis,
berkebun, berolahraga dan lainnya untuk tetap menjaga imunitas. Kemudian, juga dengan
memilih informasi yang diterima dengan mengetahui sumber informasi terpercaya dan
memiliki kredibilitas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun