Mohon tunggu...
Siti Masriyah Ambara
Siti Masriyah Ambara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemimpi dengan banyak keterbatasan

Perempuan pekerja lepas yang mencintai Indonesia dengan segala dinamikanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sosiopat Merajalela, Mereka Tersenyum di Media

17 Februari 2017   12:44 Diperbarui: 17 Februari 2017   13:03 1532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://poskotanews.com/cms/wp-content/uploads/2016/04/koruptor-facebook.jpg

Apa yang anda bayangkan ketika mendengar kata sosiopat?.  Atau mungkin yang sering anda dengar adalah istilah psikopat?. Apakah yang terbayang adalah Hannibal Lecter, tokoh pembunuh berantai dalam film Silence of the Lambs yang dibintangi Anthony Hopkins? Atau Very Idham Heryansyah alias Ryan, yang didakwa melakukan pembunuhan terhadap 11 orang?. Kalau itu yang terlintas di kepala ketika mendengar istilah sosiopat atau psikopat sepertinya kita harus lebih berhati-hati. Karena ternyata, sosiopat atau psikopat itu justru banyak di sekitar kita, bahkan orangnya wara-wiri di media, tersenyum tanpa dosa, meski memakai busana kehormatan sebagai tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK.

Cobalah menelusuri berbagai bacaan yang tersedia di internet mengenai sosiopat dan psikopat ini, niscaya kita akan menemukan jawaban kenapa para tersangka dan terdakwa korupsi di Indonesia ini senang mengumbar senyum. Ya, senyum. Inilah salah satu keunikan luar biasa di Indonesia, para penguras uang rakyat ini diperlakukan bak selebrita. Meski berjuta fakta tersedia dan telah dibuktikan di pengadilan, tetap saja para penjahat kerah putih ini memasang muka ceria seolah tanpa dosa. Paling banter menitikkan air mata, setelah itu kembali pasang muka bahagia. Bahkan, keunikan lain, para perempuan yang terjerat kasus ini pun langsung berubah religius, aneka aksesoris penanda penganut agama nan taat pun dipasang.

Luar biasa, bukan. Para aktor dan aktris yang kadar rakusnya terhadap harta luar biasa ini bisa tersenyum dan melambaikan tangan di depan media. Ajaib! Banyak meme bertebaran membandingkan betapa bedanya sikap dan bahasa tubuh para terdakwa koruptor di Indonesia dan Negara lain. Jika mereka di seberang sana jangan kan tersenyum, menatap kamera pun enggan. Mereka yang disini berlomba-lomba memasang wajah tak bersalah, innocent like a baby kalau kata orang sono.  Apakah yang ada di otak dan hati mereka sebenarnya?. Bahkan budaya malu karena melakukan kesalahan, seperti yang dianjurkan dalam Islam bahwa malu itu sebagian dari iman, tak tampak sedikit pun.

Mereka itu Sosiopat

Ternyata oh ternyata, mungkin, ini  mungkin ya karena saya tidak berlatar belakang ilmu kejiwaan, karena mereka masuk dalam kategori sosiopat. Sebelum menguraikan lebih jauh, mungkin sekilas saya menekankan bahwa perbedaan paling penting dari istilah sosiopat dan psikopat ini adalah genetik. Psikopat memang terlahir dengan kelainan genetik yang menyebabkan mereka memiliki perilaku anti sosial. Artinya, ini mendarah daging. Sementara sosiopat itu mereka yang memiliki perilaku anti sosial karena lingkungan membantu mereka mengembangkan perilaku itu. Itu sebabnya saya cenderung menyebut para koruptor, penjahat kerah putih, ini sebagai sosiopat. Karena mereka tidak terlahir sebagai “penjahat” tapi mereka belajar mendayagunakan segenap kelebihannya, dalam ini posisi politis maupun jabatan publiknya, untuk berbuat jahat.

https://www.thelostogle.com/wp-content/uploads/2014/04/psychopaths.jpg
https://www.thelostogle.com/wp-content/uploads/2014/04/psychopaths.jpg
Ini beberapa ciri sosiopat yang sangat lekat pada para terdakwa korupsi di Indonesia :
  • Memiliki sifat “ke-aku-an” yang tinggi. Kadar kepemilikan terhadap sesuatu sangat tinggi. Karena itu para sosiopat akan melakukan segenap cara untuk mempertahankan miliknya.Lihatlah, para koruptor itu begitu cinta dengan uang, dia melakukan cara apapun untuk mengeruk sebanyak mungkin uang, yang begitu dicintainya.
  • Tidak memiliki rasa malu atau bersalah. Mereka tidak melihat orang di sekitarnya sebagai manusia, tapi hanya sebagai target atau kesempatan. Tujuan menghalalkan segala cara dan mereka tidak akan membiarkan orang menghalangi pencapaian tujuannya. Bandingkan dengan berita di media mengenai beragam argument yang disampaikan para tersangka korupsi. Alasan apapun dikemukakan untuk membenarkan tindakan korupnya.
  • Memiliki bakat berbohong yang alami. Para sosiopat ini adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk meyakinkan publik dan bahkan konon kabarnya, mereka mampu loh melewati lie detector test atau tes pendeteksi kebohongan. Luar biasa kan kemampuan mereka?. Saya kira karakter ini terlihat jelas pada para koruptor yang sudah punya segudang maneuver untuk menangkis tudingan sebagai tukang keruk duit rakyat.
  • Memiliki emosi yang dangkal. Mereka yang teridentifikasi sebagai sosiopat umumnya tidak mudah terpengaruh pendapat publik. Meski dihujat, mereka tetap mampu menampilkan sosok manusia tanpa dosa.
  • Tidak bertanggung jawab. Sosiopat tidak kenal istilah ini. Yang mereka tahu adalah keinginan mereka harus tercapai, apapun caranya, apapun konsekuensinya.

Itu adalah sebagian dari karakter sosiopat yang pernah saya baca. Meski memang, agak sulit menentukan apakah seseorang masuk dalam kategori sosiopat atau tidak. Tapi buat saya mudah-mudah saja, ketika seseorang tidak menunjukkan penyesalan ketika terbukti melakukan kesalahan, itulah wujud sosiopat. Mereka tidak peduli tindakan mereka menilep duit rakyat dengan berbagai cara ; gratifikasi, korupsi ABPN/APBD, penggelapan, penyuapan, pungutan liar dan segudang istilah lainnya itu merugikan banyak orang. Mereka tidak sadar, atau tidak mau sadar, bahwa orang-orang miskin yang berhak mendapatkan layanan publik yang lebih baik tidak menerima haknya karena perbuatan korup mereka.

Dan, itulah seburuk-buruk manusia. Tertawa di atas penderitaan manusia. Menjijikkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun