Mohon tunggu...
Siti Masriyah Ambara
Siti Masriyah Ambara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemimpi dengan banyak keterbatasan

Perempuan pekerja lepas yang mencintai Indonesia dengan segala dinamikanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anak, Guru Terdekat Kita

17 Februari 2017   20:27 Diperbarui: 19 Februari 2017   14:11 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Shutterstock

Siapa bilang orang tua selalu jadi panutan yang harus selalu didengar dan ditaati oleh anak? Pernah tidak berpikir bahwa sebaliknya pun bisa terjadi? Orang tua belajar dari anak. Beragam polah anak, jika saja kita jeli memaknainya, adalah cermin yang bisa kita gunakan untuk berefleksi, mengoreksi kelemahan kita sebagai orang tua. Ada banyak hal sebenarnya yang bisa kita pelajari dari anak agar kita pun bisa menjalani kehidupan sebagai orang dewasa yang memiliki kebahagiaan selayaknya anak. Berikut beberapa pelajaran yang bisa kita tangkap dari polah anak.

1. Membuat kerajinan atau seni itu membahagiakan

Dunia anak adalah dunia kreativitas. Tidak ada satu orang anak pun sepertinya yang tidak senang mencorat-coret. Apa pun ruang kosong yang ditemuinya, sering jadi sasaran kreativitasnya. 

Jika selama ini sibuk mencegah anak mengotori dinding. Kenapa tidak berpikir sebaliknya? “Kok bisa sih seorang anak bisa tahan berjam-jam melakukan sesuatu yang bersifat kreatif?” Semakin kita dewasa, tanpa kita sadari, bibit kreativitas tidak tumbuh subur justru semakin meredup. Kita tidak lagi memandang seni sebagai sesuatu hal yang bisa membantu kita untuk rileks. Bener ga? 

Karena itu, tidak heran, akhir-akhir ini booming kegiatan mewarnai untuk orang dewasa. Beragam buku berjudul “Drawing for adults” diciptakan dengan beragam tema. Karena kreatornya menyadari bahwa sebenarnya kita butuh penyaluran stres dalam bentuk kesenian. Mereka mempermudah dengan menyediakan medianya. Yang kita perlukan hanya waktu luang untuk menekuni bidang-bidang kosong yang perlu diwarnai, sesuka kita, sebebas kita. Seperti kita waktu kecil, mencoret dinding dengan sukaria.

2. Jangan lupa tertawa

Saya pernah beberapa kali bertemu dengan orang dewasa yang sulit sekali tersenyum meski saya berinisiatif tersenyum dan menyapa. Teman saya kadang mengecap orang seperti ini dengan, ”udah cetakan mukanya gitu, susah senyum”. Tapi benarkah ada orang susah senyum?

Mungkin orang-orang yang lupa cara tersenyum bisa belajar dari anak-anak. Lihatlah taman bermain, begitu mudahnya mereka tertawa hanya karena hal kecil. Ada banyak video lucu bertebaran di YouTube yang mempertontonkan betapa anak adalah makhluk kecil yang mampu menemukan kebahagiaan dalam setiap hal kecil yang dilihatnya. Percayalah, anak-anak adalah guru terbaik untuk kita belajar tertawa lepas.

tertawa lepas (sumber : http://libregraphics.asia)
tertawa lepas (sumber : http://libregraphics.asia)
3. Menjalin persahabatan 

Berapa banyak dari kita yang masih meluangkan waktu untuk bertemu dengan teman di tengah kesibukan kerja? Sering kali jadwal hang out dengan teman harus dibatalkan karena ada meeting atau apa pun. Mungkin alam bawah sadar kita mengakui bahwa sering kali kegagalan pertemuan bukan karena ada yang menghalangi, tapi karena kita tidak sungguh-sungguh ingin bertemu. Setidaknya ini sih yang saya rasakan sendiri.

Cobalah tengok masa kecil kita atau lihatlah bagaimana anak-anak kita bergaul. Mereka begitu mudah menjalin pertemanan dan merajut persahabatan. Mereka begitu semangat ketika ada undangan ulang tahun, ketika tiba waktu les renang karena akan bertemu dengan teman dekatnya. Apakah ketika kita dewasa, nikmatnya bertemu dengan teman, menghabiskan waktu dengan mereka masih terlintas di benak kita? Jika tidak, mungkin saatnya menelepon sahabat lama dan membuat janji untuk temu muka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun