Mohon tunggu...
Johan K
Johan K Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Biasa

Hong Kong

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tidak Bisa Nyoblos, Salah Siapa? - Laporan dari Hong Kong

7 Juli 2014   16:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:10 4516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berita sebagian dari mereka yang tidak bisa nyoblos di Hong Kong menjadi sorotan seolah PPLN, Banwaslu, panitia lokal (yang berisi banyak sukarelawan) jadi biangnya. Kerja mereka dianggap kurang profesional dan berbagai kesalahan lainnya.

Sebagai salah seorang pendukung JOKOWI yang ikut mencoblos nomer 2, saya tergerak memberikan pandangan dari sudut pandang yang lain. Tentu saya ingin JOKOWI menang tapi dengan cara yang fair dan waspada agar peristiwa ini tidak dimanfaatkan oleh pihak ketiga.

Hari Minggu, 6 Juli 2014, sebagian panitia sudah berangkat sejak pukul 5 pagi untuk mempersiapkan pemilu di Hong Kong yang ditetapkan mulai jam 9 pagi hingga 5 sore di lapangan Victoria Park. Waktu ini juga seusai dengan ijin penggunaan lapangan Victoria Park (maklum bukan di negeri sendiri, jadi ada aturan).
Sejak pagi saya mendengar bahwa pemilih sudah mengantri panjang. Saya sendiri tidak bisa datang pagi karena ada tugas yang harus saya kerjakan dan saya putuskan datang sekitar jam 2 sesuai waktu yang tertera di undangan (jam 2 sampai jam 4). Namun jam 1 siang saya menerima telepon dan menyarankan datang agak sore karena antrian yang begitu panjang. Saya putuskan tetap datang jam 2 siang.
Tiba di Victoria Park, saya pun langsung masuk antri. Setelah saya perhatikan ada dua antrian: pertama bagi yang sudah mendaftar dan yang kedua bagi yang belum mendaftar (ini panjang sekali). Surat undangan bagi yang sudah mendaftarpun di cek oleh panitia dengan cepat dan setelah itu saya langsung mencari nomer TPS yang telah ditetapkan dalam undangan. Antrian kembali terjadi di TPS namun semua berjalan dengan lancar. Ada petugas bagian pendaftaran yang mengecek undangan yang ada BARCODE dengan KTP, beberapa orang bertugas sebagai saksi, ada yang bertugas di kotak suara, ada juga yang bertugas di bagian setelah nyoblos. Semua petugas itu duduk (tapi kerjanya bukan DUDUK DUDUK seperti yang diberitakan).

Setelah nyoblos, saya tidak langsung pulang, tapi mengamati antrian yang masih dan mungkin masih panjang, khususnya bagian yang tidak terdaftar. Dan sebagai orang yang juga ikut Pileg, saya melihat bahwa Pilpres kali ini diikuti lebih banyak pemilih, namun lebih banyak yang tidak terdaftar daripada yang terdaftar. Padahal pantia sudah sejak berapa bulan sebelumnya menghimbau untuk mendaftar melalui berbagai media lokal. Sebelumnya, sayapun sering mendengar langsung percakapan anggota panitia yang langsung menerima KOMPLAIN dari warga Indonesia, “Kenapa saya tidak terima surat undangan pemilu?”, dengan sabar panitia bertanya, “Apa mbak sudah mendaftar?” dengan enteng juga dijawab, “belum”. Lha, belum mendaftar koq komplain ga terima surat undangan. Disamping itu, ada cukup banyak yang pindah kerjaan tapi tidak melaporkan pindah alamat sehingga surat undangan tetap di alamat lama. Dan sebenarnya panitia sudah memberi KELONGGARAN bagi yang belum mendaftar silahkan datang langsung ke TPS pada tanggal 6 Juli mulai jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Ini terjadi sebagai evaluasi karena dalam pileg yang lalu bagi yang belum mendaftar hanya diijinkan ikut setelah jam 3 sore dan banyak yang komplain. Memang bangsa kita ini senang komplain tapi tidak melihat kesalahan sendiri.

Setelah saya pulang, sore hari saya mendengar adanya insiden kecil yang menamakan diri “pendukung Jokowi” yang protes karena banyak pemilih yang tidak bisa nyoblos karena sudah ditutup. Tentu saja saya langsung cek ke panitia yang saya kenal supaya mendapat informasi yang seimbang. Apalagi kelelahan dan kepanasan yang diikuti lapar karena bagi mereka yang belum buka puasa membuat emosi makin sulit terkontrol. Salah pengertianpun terjadi sehingga muncul berita “Hanya Pemilih nomer satu yang diijinkan masuk”. Padahal dalam menghadapi orang yang menyebut diri “pendukung jokowi” yang komplain tidak boleh masuk karena waktu sudah habis, pantiapun (dari KPU dan Banwaslu) “terpancing” dengan mengatakan, “kalau pemilih nomer 2 dibuka, bagaimana kalau pemilih nomer 1?”  Kata inipun jadi bumerang dan di pelesetkan “Hanya pemilih nomer 1 yang boleh masuk”. Padahal baik pemilih nomer 1 maupun 2 sudah TIDAK BOLEH MASUK karena jam penggunaan lapangan Victoria Park sudah selesai (inipun diluar kekuasaan panitia bahkan KJRI).

Sebenarnya, dengan mendaftar, pemilih akan didata dan mendapat undangan yang ada BARCODE yang memudahkan dan mempercepat kerja panitia waktu pendaftaran. Namun kenyatakan dalam pilpres di Hong Kong justru yang tidak mendaftar lebih banyak daripada yang mendaftar. Otomatis pantia akan melakukan pengecekan dengan teliti sehingga tidak disalahgunakan. Dan ini memperlambat kerja dan membuat antrian jadi panjang. Ditambah lagi dengan IJIN penggunaaan lapangan Victoria yang terbatas membuat panitiapun tidak bisa berbuat apa-apa.

Saya yakin, sebagai panitia: KPU, Banwaslu maupun panitia lokal; tidak sedikit juga pendukung Jokowi di antara mereka, tapi mereka dituntut untuk bersikap netral. Bisa jadi ada OKNUM panitia yang nakal, tapi itu tidak bisa mewakili seluruh panitia. Bisa jadi panitia kurang kerja profesional, tapi yang tidak mendaftar dan yang datang terlambatpun juga turut ambil bagian dalam menciptakan masalah.

Semoga kita berbesar hati dan menjadi pendukung yang MENGEDEPANKAN kebesaran hati dan kebenaran daripada mengikuti emosi dan fanatisme yang salah.

Sebagai pendukung jokowi, saya ikut menghimbau mari kita ciptakan dan persiapkan masa depan negara kita dengan baik, fair, bukan saling curiga. Waspada agar tidak ada pihak yang memanfaatkan dan memperkeruh situasi.

Salam damai dari salah seorang pendukung jokowi yang sudah nyoblos.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun