Mohon tunggu...
Mima Bejo
Mima Bejo Mohon Tunggu... Guru - Blackrose

Seseorang yang lapar dan haus akan ilmuMu . Prasastikan hidupmu dengan tulisan. Follow your dream they know they way. (Guru SD Al Falah Darussalam 2 ICP)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indonesia Unggul Berdaulat dengan Teknologi

27 September 2019   13:11 Diperbarui: 27 September 2019   13:18 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah,

perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."

(Ir. Soekarno)

Tahun ini, Indonesia menapaki momentum perayaan 74 tahun kemerdekaannya. Ibarat manusia, usia kemerdekaan yang telah direguk negeri ini seharusnya telah memasuki tahap yang matang. Namun, benarkah kehidupan negeri ini sudah menjadi bangsa yang matang secara pendidikan, ekonomi, politik, dan sosial budaya. Atau dalam istilah founding fathers negeri ini disebut sebagai bangsa yang benar maju dan merdeka?

Inilah pertanyaan besar yang selalu mengiringi setiap kali perayaan 17 Agustus. Sayangnya, pertanyaan klasik semacam ini sekadar melintas. Tapi, dalam perjalanan waktu, kita justru lebih terlihat bimbang menemukan solusinya. Lantas, ketika masih terjebak dalam kebimbangan tak berujung untuk menemukan solusi. Indonesia sudah dihadapkan pada tantangan baru bernama globalisasi dan revolusi industri 4.0.

Masih dengan rentetan pertanyaan, mampukah Indonesia menjadi bangsa unggul dan berdaulat di tengah globalisasi saat ini ? Tanpa hendak bersikap pesimis, negeri ini masih harus berjuang lebih keras menjadi bangsa yang unggul. Dan hanya dengan Sumber Daya Manusia (SDM) kompetitif yang kelak bisa survive dalam menghadapi permasalahan bangsa ini. Sebagaimana yang diungkapkan Presiden Soekarno di awal bahwa memang benar ternyata menghadapi bangsa sendiri lebih berat. Seperti contoh betapa susahnya mengajak generasi bangsa memanfaatkan teknologi untuk hal yang positif.

Lalu berkaca kepada survey UNESCO, posisi Indonesia terlihat sangat miris. Survei itu menempatkan Indonesia di peringkat ke-10 dari 14 negara dalam hal kualitas pendidikan di negara-negara berkembang di Asia-Pasifik.

Dan berbicara mengenai daya saing juga, sesungguhnya kita berbicara kualitas SDM. Menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) per Agustus 2015, hampir separuh (47,1 persen) tenaga kerja Indonesia adalah lulusan SD ke bawah. Bagaimana lulusan SD bisa bersaing di zaman globalisasi? Inilah tantangan yang masih mengadang bangsa ini pada saat usia kemerdekaannya memasuki perayaan ke-74 tahun. Kita boleh saja tersenyum bahagia karena tak lagi terjajah secara fisik seperti masa lalu. Tapi, kita juga harus sadar diri bahwa bangsa ini sebenarnya masih belum mampu menjadi bangsa yang unggul dan berdaulat.

Program prioritas pembangunan Indonesia kini beralih ke sumber daya manusia (SDM). Kemendikbud akan melakukan pengembangan SDM kepada guru dan siswa. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, fokus pembangunan SDM yang akan dilakukan Kemendikbud itu menyasar kepada dua pelaku pendidikan, yakni guru dan siswa. Beliau mengatakan, program pengembangan untuk siswa di Kemendikbud akan mengoptimalisasi program Wajib Belajar 12 Tahun sehingga anak usia sekolah bisa mengenyam pendidikan hingga jenjang SMA. Dan pengembangan untuk guru banyak diadakan pelatihan-pelatihan.

Dan alhamdulilah bagi kita yang terlahir di daerah yang sudah terfasilitasi dengan pendidikan yang baik, listrik dan jaringan internet yang memadai, serta lingkungan yang mendukung. Dengan semua fasilitas yang mudah seharusnya kita menjadi generasi bangsa yang paling unggul daripada daerah-daerah lain yang terpencil. Dengan menggandeng teknologi canggihnya gadget kita bisa belajar lebih mudah dan hemat waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun