“Mas, beneran ini salah orang,” kataku pada seorang kurir yang baru saja mengantarkan kiriman parcel ke rumah.
“Tapi alamatnya bener kan, Bu?”
Kuanggukkan kepala. “Iya, benar. Tapi namanya itu salah. Satu-satunya perempuan di rumah ini ya saya Adriana bukan Clarisa.”
“Lah terus Clarisa siapa dong, Bu?”
Bahuku terangkat. “Ya nggak tahu, Mas. Saya aja nggak kenal nama itu.”
Tak lama si kurir garuk-garuk kepala. “Terus piye iki, Bu?”
“Udah bawa aja lagi, Mas. Beneran itu salah orang.” Saranku sambil melirik kiriman parcel yang sejujurnya cukup menarik dengan beraneka macam makanan ringan.
Lumayan euy buat lebaran…
“Eh, Mas ngomong-ngomong dari siapa pengirimnya?” tanyaku tiba-tiba. Sejak tadi aku dan kurir memperdebatkan nama penerima tapi lupa bertanya siapa pengirim.
Ya siapa tahu pengirimnya orang kukenal dan ia salah nama saja kan?
“Bentar, bu!” jawabnya lalu melihat catatannya. Namun tak lama ia mendongak. “Dari bapak Harry Setiawan, Bu.”