Mohon tunggu...
Imas masruroh
Imas masruroh Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

Hi Salam kenal , Mohon Kritik dan sarannya ya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Buku "NII sampai JI: Salafy Jihadisme di Indonesia"

25 November 2020   07:00 Diperbarui: 25 November 2020   07:13 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagaimana di Perintahkan Rosululloh SAW , Jihad bisa dilakukan dengan harta, jiwa atau lisan. Para ulama dan cendikiawan muslim perlu merumuskan ajaran jihad ini secara tepat dan detail, sehingga tidak disalah pahami dan diterapkan secara berlebihan atau bahkan menyimpang . segala upaya untuk menegakkan dan menjaga agama islam dari berbagai upaya perusakan bisa dikategorikan sebagai bentuk jihad Fisabilillah. 

Karenanya di zaman ini, posisi dan jabatan seperti Presiden, Wakil Presiden, para mentri, Anggota DPR, Anggota TNI, Polri, Para Ulama, Guru, Pedagang, Mahasiswa, dan sebagainya berpeluang besar untuk menjadi mujahid di jalan Allah. Syaratnya, mereka semua berjuang dengan ikhlas dan sungguh2 untuk memperjuangkan tegaknya kebenaran dan keadilan.

Saat ini, fenomena Jihad di Indonesia seperti barang baru yang disalah artikan. Apa yang paling masyarakat ingat dari fenomena jihad di Indonesia? Pasti dominan dari mereka hanya mengingat Bom bali, Bom Natal gereja di Mojokerto yang menewaskan Banser bernama Riyanto, Bom di polrestabes Medan, dan Bom Bom lainnya yang terjadi di Indonesia.semua itu adalah peristiwa ketika kelompok Jihad sudah mengenal Salafisme. Dan sejatinya ajarah jihad yang otentik sudah lebih awal ada di Indonesia dan beroperasi menentang republik sejak lahirnya Indonesia.

Buku NII Sampai JI : Salafy Jihadisme di Indonesia ini mendeskripsikan  dengan detail tentang  sejarah beberapa kelompok Jihadi di Indonesia, teutama dalam kurun waktu 1940-2002. 

Membaca buku ini justru seperti tidak membaca buku tentang kelompok islam kanan yang kebanyakan berisi narasi dan analisis yang terkesan di potong-potong. Solahudin, penulis dari buku ini berhasil membuat lini masa yang runtut, narasi yang mudah dimengerti,dan juga beliau menguraikan pertentangan yang rumit dalam internal kelompok mereka.

Apa itu Salafi? Apa itu Salafi Jihadisme? Sebelum istilah Salafi menyebar, di Indonesia kelompok ini lebih dulu dikenal dengan sebutan Wahabi. Gerakan ini memiliki semangat pemurnian yaitu kembali pada AlQuran dan Sunnah serta menjauhi Bid’ah. Tokoh Peletak dasar gerakan ini adalah ibn Taimiyah yang hidup di abad 13. 

Pemikirannya sangat memengaruhi Muhammad bin Abdul Wahab yang menemukan relevansi dengan kehidupan umat islam di abad 17. Dia kemudian bersekutu dengan Muhammad bin saud untuk mendirikan Daulah Saudiyah yang mendukung geakan permurnian ini, keduanya saling menguntungkan . sempat kalah dari Turki Usmani, Daulah Saudiyah kembali lahir pada abad 20.

Wahabi atau Salafi yang berkembang di Saudi ini kemudian memiliki sejumlah Tokoh berpengaruh seperti Abdullah Bin Baz. Dari berkah minyak , dana menggelontor ke kantong kelompok salafi untuk memperluas pengaruhnya ke luar saudi, termasuk Indonesia. Salafi Saudi menemukan jalan jihad ketika Afghanistan dijadikan Medan Perang untuk menghadapi Soviet dan Iran yang memiliki pengaruh disana. Seruan Jihad memerangi kaum kafir di Afghanistan hukumnya Fardlu Ain bagi muslim setempat dan Fardlu Kifayah Bagi muslim di luar negara itu.

Negara Islam Indonesia mirip Salafi Jihadi

Jihad dimasa pecahnya Revolusi Indonesia tidak di monopoli oleh kelompok tertentu. Bahkan Nahdlatul Ulama menyerukan Resolusi Jihad untuk Mengusir sekut. Tetapi saat seluruh kelompok islam memasuki gelanggang politik praktis dalam memperjuangkan nilai islam dalam negara pasca Indonesia Merdeka, Kartosuwirjo membentukgerakan militer bawah tanah untuk mendirikan negara Islam.

Kartosuwirjo pernah duduk di Partai Syarikat Islam lalu dikeluarkan. Ia bukan dari kalangan agamawan. Ia mempelajari sirah nabi dan mengaguminya sebagai laku yang harus ditiru. Ia memproklamasikan Daruls Islam atau Negara islam Indonesia pada 7 Agustus 1948. Mereka yang diperangi adalah orang Bughot yang menolak tunduk pada DI, orang munafik yang pro NII tapi juga Pro RI, Orang fasik yang tahu hukum islam tapi tak menjalankannya, dan orang yang membantu musuh. Sikap takfir Kartosuwirjo menjadi jelas ketika ia menyerang pesantren guru agamanya , kiayi yusuf, tetapi gagal membunuhnya. Gurunyapun dianggap kafir karena menentang DI dan boleh diperangi. Yang berbeda dari semangat Salafi Puritan, Kartosuwirjo tetap menjalankan laku mistis seperti mengumpulkan keris Ki Dongkol dan Ki Rompang.

Pertemuan DI dan Islam Modernis 

Setelah mencoba bangkit dan melalui hubungan benci mesra dengan pemerintah RI, generasi yang berjuang bersama Kartosuwirjo pun diciduk tentara karena upaya kebangkitan DI yang disebut komando Jihad pada dekade 70 an. Karena generasi Tua DI Sudah banyak yang dipenjara, Aceng Kurnia sebagai generasi lama menjalankan strategi perekrutan terutama di Kampus -Kampus umum. Sentimen komunisme dan sentimen kristenpun digunakan sebagai penarik minat dan berhasil mengajak orang-orang muda kaum modernis yaitu dari Muhammadiyah, DDII, dan lainnya untuk bergabung. 

Diantara mereka ada Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir yang kemudian hari mencopot adag Djaelani (generasi tua) sebagai imam, mengambil alih kepemimpinan dan memindahkan basis dari Jawa Barat ke Jawa tengah.

Dari cerita Panjang ini kita bisa meraba dari periode mana aslany sentimen anti komunis, anti kristen, anti Bid’ah, takfir dan Tindakan kekerasan atas nama jihad dimulai. Semua itu berbaur berkat pertemuan DI dengan sejumlah kaum modernis seperti DDII, Muhammadiyah, Mayumi, dan lainnya pada dekade 70-80. Ditambah dengan pengaruh dari Timur Tengah yang mendirikan lembaga di Jakarta untuk memperluas pengaruh salafi. Cerita-ceritaseperti tali-temali yang tiada habisnya, saat ditekan bahkan dihabisi, selalu ada sel yang bisa muncul lagi kemudian hari.

Yang menarik bahwa sejak awal kelompok jihad ini pasca kartosuwirjo berkali-kali terganjal friksi internal. Pecahnya DI kemudian munculnya JI merupakan salah satu contoh friksi besar. Selain itu banyak perpecahan bahkan dalam tubuh JI setelah peristiwa Bom Bali. Friksi semacam ini juga biasa terjadi di tubuh mujahidin Timur Tengah seperti sekarang Al-Qaeda juga telah pecah menjadi beberapa kelompok yang berbeda, salah satu yang paling besar adalah ISIS.

Pergolakan Politik di era orde baru yang mencanangkan Pancasila sebagai ideologi tunggal dan berkuasanya orang katolik di sekitar Soeharto yang membuat kader jihad ini makin gerah. Sentimen dan kebencian ini terus di wariskan hingga saat ini. Sel jihad bekerja aktif sejak 2000 lalu diburu dan dibabat oleh tentara. Sejumlah peristiwa bom lonewolf juga pengaruh dari fatwa ISIS. Sumbu politik dalam negri dan pengaruh perang Timur Tengah sangat memengaruhi gerakan salafi jihadi. Kadang tiarap untuk menunggu saat yang tepat sembari mengumpulkan kekuatan melakukan aksi kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun