Peristiwa penembakan (#pembunuhan) seorang ajudan polisi yang dilakukan seorang petinggi Polri, serta dibantu para bawahannya yang juga para pejabat Polri dan dilakukan di rumah dinas polisi tersebut. Luarbiasa sekali. Suatu kasus yang mungkin bukan satu-satunya yang terbesar. Namun akhir-akhir ini banyak dibicarakan, didiskusikan, dan bahkan menjadi bahan polemik di banyak stasiun TV swasta maupun medsos.Â
Ada apa dengan kasus ini?
Penulis sebenarnya malas membahas kasus-kasus kriminal seperti ini. Tetapi karena hampir setiap menit kasus ini dibahas di semua channel medsos alhasil saya tertarik juga untuk menengok, ada apa sih. Sampai-sampai semua komponen bangsa ikut campur tangan. Bahkan seorang presiden pun harus berbicara tiga kali agar kasus ini segera diselesaikan dengan gamblang tanpa ada yang ditutupi.
 Tapi apakah kita pada akhirnya puas dengan kerja para aparat hukum?
 Dominan "nitizen" mengatakan "tidak puas/tidak percaya".
Oh Tuhan, ada apa dengan negeri ini.
Penulis tidak akan membahas mereka-mereka yang sudah di vonis sebagai tersangka. Tetapi saya ingin mengusik masalah keadilan hukum.Â
Ada sebuah kesan yang ingin diciptakan bahwa seolah-olah dengan banyaknya institusi yang dilibatkan, diharapkan akan membangun kembali tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri. Namun kenyataannya justru sebaliknya. Nampaknya tingkat ketidakpercayaan itu justru semakin meningkat.
Lalu di mana letak kesalahannya?
Kalau melihat kasus ini memang sepertinya agak spesial. Si pelaku adalah seorang figur pimpinan yang begitu dominan. Dan inilah yang dimanfaatkannya untuk menggunakan posisinya guna mempengaruhi para bawahannya. Alhasil, mata kita terbelalak melihat begitu banyaknya para pimpinan Polri yang dijadikan tersangka ataupun melanggar kode etik.Â
Kasus memang belum selesai. Dan nampaknya masih jauh dari kata tuntas. Bahkan ada kekawatiran bahwa kasus ini tidak akan selesai sebagaimana menurut hukum yang berlaku.
Kenapa?
Mungkinkah ada beban moral di pundak para petinggi Polri? Mengingat tersangka adalah pimpinan yang sangat berpengaruh. Di mana mereka selama ini bekerja bersama menuntaskan kasus-kasus besar. Dan sekarang mereka (#petinggi Polri) harus menyidik teman mereka sendiri. Ada beban moral yang mengikat erat di hati dan pikiran mereka (#para penyidik).
Penulis bukanlah ahli hukum. Namun secara logika kita bisa menilai bahwa membunuh itu suatu kesalahan yang teramat berat. Dan harus dihukum. Titik. Tidak ada tetapi atau syarat-syarat. Rakyat menuntut keadilan. Janganlah ada kesan yang selama ini melekat bahwa hukum itu tumpul ke atas dan tajam ke bawah menjadi nyata lewat kasus ini.