Berdasarkan kondisi masyarakat, di lingkungan tempat tinggal saya, ada permasalahan bahwa orang tua ingin mendampingi anak belajar tetapi tidak memungkinkan.
Kasusnya begini. Orang tua berangkat kerja sebelum pukul enam pagi. Pulangnya malam setelah anak tidur. Atau orang tua pulang pada saat anak sudah tidak selera untuk belajar. Sudah ngantuk berat.
Pun saat PJJ, anak tidak pegang gawai atau hp. Sebab rata-rata dalam satu keluarga hanya ada satu gawai dan itu dibawa kerja orang tua. Â
Praktis tidak ada pendampingan belajar. Jadi, jangan berharap terjadi  peningkatan prestasi belajar anak dalam kondisi seperti itu.
2) Orang tua ingin mendampingi tetapi tidak tahu cara pendampingan
Ada lagi kasus begini. Satu orang tua bekerja sejak pagi. Satu orang tua, ibu di rumah. Namun, si ibu merasa tidak mampu mengajari anak.
Lebih dari itu, si ibu lebih memusatkan perhatiaan pada pekerjaan-pekerjaan rumah. Menyapu, mencuci, memasak, membersihkan rumah dan seambrek pekerjaan rumah.
Alhasil, si anak hanya belajar sendiri atau malah lalai belajar.
3) Orang tua tidak peduli
Tipe yang ketiga ini, tipe abu-abu. Orang tua relatif ada waktu tetapi memang tidak peduli pada pembelajaran  anak.
Pikirnya, dia sudah menyediakan sarana prasarana itu sudah cukup. Gawai ada, buku ada, alat tulis sudah lengkap.
Paling-paling orang tua semacam ini, hanya menyuruh bertanya kalau ada pelajaran yang tidak diketahui.
Padahal itu belum menjawab kebutuhan anak. Sebab anak butuh pendampingan saat belajar.