Siapa bilang kerja sampingan mengganggu pekerjaan utama! Siapa bilang kerja sampingan menimbulkan ketidak harmonisan dengan kawan dan pimpinan?!
Tidak juga lah, yauw! Asal cerdas memilih kerja sampingan dan pandai mengatur segala tetek-bengeknya tentu beres. Paling tidak, itu yang saya alami.
Tujuan memiliki pekerjaan sampingan
Sepertinya, kalau kerja sampingan itu tujuannya mesti menambah penghasilan. Ha ha ha he he he hi hi hi huuuuuu! Bagi saya tidak begitu.
Tujuan kerja sampingan bagi saya merupakan gabungan dari hobi, memanfaatkan waktu senggang, dan pendapatan ekstra. Tetep saja sih, ada unsur penghasilan tetapi tak perlu diperhitungkan sebagai tambahan penghasilan. Ekstra, sajalah!
Artinya pendapatan ekstra, pendapatan yang tak perlu saya hitung seperti gaji dari pekerjaan utama. Pendapatan ekstra itu tak perlu segini, segitu, untuk tambah ini untuk tambah itu!
Jadi, kalaupun saya tidak dapat tambahan penghasilan, saya tidak perlu 'ngaya' memeras tulang - membanting keringat, eh maaf terbalik! Toh, saya sudah dapat yaitu senang, kan hobi! Mengasah diri, kan memanfaatkan waktu luang! Sip, kan?
Pilih kerjaan sampingan yang harmonis dengan  pekerjaan utama
pekerjaan utama saya, guru! Dulu, saya diminta keluarga besar untuk nyambi - kerjaan sampingan - di mebel / furnitur. Bagi saudara-saudara saya tentu mebel itu pilihan  tepat. Bukankah, guru hanya kerja setengah hari.
Prospeknya juga menjanjikan. Di tahun 85-an di Jepara, kota ukir, brow! He he he. Tetapi saya ambil keputusan lain: katakan tidak! Ya, saya tidak sreg! Lantas?
Saya pilih kerja sampingan yang selaras dengan pekerjaan saya sebagai guru. Apa itu? Menulis! Wuih!!!! Jangan tertawa dan terheran! Ini serius!
Penghasilan menulis? Ah, jangan ditanya. Kan sudah kubilang, pendapatan bukan tujuan utama.
Eh, coba pahami ini! Serius, ini saya.