Ada tiga komponen penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan yaitu Kurikulum, Proses Pembelajaran, dan Asesmen. Dari ketiga komponen penting itu dua di antaranya telah berkali-kali menyedot perhatian para pakar pendidikan, masyarakat umum, dan pemerintah.Â
Dua komponen yang telah menyedot perhatian itu adalah Kurikulum  dan Asesmen.
Sebagai bukti bahwa kedua komponen tersebut telah menyedot perhatian khalayak yaitu dengan seringnya berganti Kurikulum. Demikian juga dengan asesmen dalam hal ini Ujian Nasional (UN) telah menjadi perdebatan yang panjang.
Berbeda dengan komponen Proses Pembelajaran. Komponen ini sepertinya adem ayem tak tersentuh pergunjingan. Paling tidak, komponen Proses Pembelajaran belum pernah mencuat menjadi kegelisahan publik seperti Kurikulum  dan Asesmen.
Perenungan Hati  NuraniÂ
Dalam kurun waktu 40 tahun terakhir, Kurikulum sudah 6 kali ganti. Kurikulum 1984, Kurikulum 1994 yang disempurnakan menjadi Kurikulum 1999, Kurikulum 2004, Kurikulum 2006, dan kurikulum 2013. Dan, kini mulai santer terdengar akan ada kurikulum baru lagi.
Setiap ganti kurikulum alasannya pasti untuk memperbaiki. Atau bahasa ngelesnya menyempurnakan. Apapun bahasanya, ganti kurikulum pasti memiliki maksud yaitu untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Iya, kan?
Nah, tetapi bagaimana kenyataanya? Sampai saat ini masih banyak pihak yang merasa kurang puas dengan kualitas pendidikan kita. (Tengok saja hasil survai PISA tahun  2018).
Demikian juga dengan Asesmen yang digunakan. Dulu, ada Ujian Akhir Nasional (EBTANAS), lalu Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN), dan ada Ujian Nasional (UN). Bentuk-bentuk asesmen itu terus mendapat sorotan terutama UN.
Polemik tentang UN terus berkepanjangan hingga tahun kemarin dihentikan oleh Corona, eh bukan, Â dihapuskan oleh Kementerian Pendidikan.
Dari berganti-gantinya bentuk Asesmen tersebut, sepertinya juga tidak menampakkan pengaruh pada kualitas pendidikan kita.