Mohon tunggu...
Imanuel  Tri
Imanuel Tri Mohon Tunggu... Guru - Membaca, merenungi, dan menghidupi dalam laku diri

di udara hanya angin yang tak berjejak kata. im.trisuyoto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cungkil Saja Matamu Jika Gairahnya Selalu Liar

22 Februari 2021   16:18 Diperbarui: 22 Februari 2021   16:34 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mau tidak mau, kami memilah onggokan bawang merah yang tak lagi merah itu. Bawang yang busuk kami pindahkan ke keranjang sampah. Sedang bawang yang teramat kecil meruncing kami sisihkan. Hingga akhirnya kami mendapatkan bawang merah layak konsumsi kira-kira setengah dari yang semestinya.

Rendah hati untuk membebat kekecewaan diri

"Kita diapusi, Pa!" istri masih menggerundel, mangkel!

"Ah, tidak juga, Ma," kataku seraya menunjukkan kebesaran hati.

"Buktinya?!" sergah istri.

Beruntung dengan mudah saya bisa menaklukkan kekecewaan. Jadi, kami sebenarnya tidak ditipu oleh produsen. Para produsen atau pedagang itu justru membantu kami para konsumen. Mereka mengenalkan produk. Mereka berjuang dengan membuatkan foto produk sebagus mungkin. Nah, justru mata kami-lah yang tak terkendali hingga liar gairahnya. Mata kami yang kurang ajar hingga lupa bahwa slogan foto sejak dulu itu lebih indah dari aslinya, hi hi hi.

Bagitu hati kami kembali pada rasa syukur, dengan suka cita bawang merah hasil  sortiran, kami bagi kedalam beberapa plastik kresek. Memang tidak bisa seperti rencana semula. Tidak semua saudara kebagian. Demikian pula tetangga sebelah tak jadi kami beri kejutan.

Bersyukur juga, lo. Sebelumnya kami tidak cuap-cuap akan memberi bawang merah. Seandainya baru rencana dan kami cuap-cuap, tentu akan tercipta luka kecewa para tetangga dan saudara. Malah bisa jadi kami ditertawakan!

Cungkil saja matamu kalau gairahnya selalu liar 

Pandemi belum berhenti. Bahkan, serangannya makin menjadi-jadi. Namun, kehidupan tidak boleh berhenti. Membeli makanan atau barang keperluan secara online tak bisa dihentikan sama sekali.

Jadi, kami harus mawas diri. Tak perlu setiap hari. Membeli hanya barang yang kami butuhkan, bukan barang yang sekadar kami ingini. Keliaran bola mata atas godaan keindahan warna maupun tampilan barang harus kami paksa berhenti. Tampilan foto bukan jaminan fakta. Tak perlu tergiur harga murah. Pun jangan goyah pada tawaran diskon yang terus mewabah.

Istilah yang kami ambil dari sebuah kitab berkata demikian, jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. (Alkitab.Matius 5:29)

Dengan begitu, kami baik-baik saja sampai hari ini. Ya, baik-baik saja! Sebab begini, bisa jadi ekonomi ini tidak begitu sulit tetapi perbuatan kita-lah yang membuat ekonomi menjadi sulit. @salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun