Mohon tunggu...
Imanuel  Tri
Imanuel Tri Mohon Tunggu... Guru - Membaca, merenungi, dan menghidupi dalam laku diri

di udara hanya angin yang tak berjejak kata. im.trisuyoto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cungkil Saja Matamu Jika Gairahnya Selalu Liar

22 Februari 2021   16:18 Diperbarui: 22 Februari 2021   16:34 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati! 

Begitu penggalan pantun legendaris yang kira-kira dapat diartikan bahwa keinginan-keinginan kita yang keluar dari hati itu bermula dari tatapan mata. Nah, jadi mata ini rupanya menjadi biang kerok permasalahan gaya hidup di zaman online. Eh, iya ya gaya hidup itu beda dengan hidup gaya!

Hebatnya lagi, para produsen atau penjual-lah, dengan jeli bisa menangkap hal tersebut. Sehingga dibuatlah sedemikian rupa gambar atau foto produk untuk menggoda mata konsumen. Akibatnya, tidak sedikit konsumen yang lunglai terbuai saat  pandangan pertama pada (sekadar) foto.

Untuk lebih bisa dirasakan, berikut kisahkan belanja online yang terjadi hanya karena gairah mata yang tak terkendalikan.

Menyiksa diri dengan ketakutan

Dua tiga bulan pandemi berjalan, ketakutan dan kekhawatiran kami menjadi-jadi. Melihat televisi, akibat pandemi benar-benar membuat kami tak bernyali. Mengintip medsos, rasa hati lebih miris lagi. Mayat bergelimpangan sepanjang jalan tak terkafani.

Grup WA juga menggila. Share-share-an tentang covid berseliweran tanpa memberi jeda untuk merenungkannya. Keganasan, kengerian, kematian bagai teror tak berkesudahan. Alhasil rasa gentar semakin membuat kami semakin menutup diri.

Istri tak boleh lagi sembarangan ke luar rumah sendiri. Meski tetap butuh belanjan harian, tak lagi boleh bebas mencari warung yang beri potongan tinggi. Anak-anak setali tiga uang. Mereka menjalani hari-hari dengan bersekolah di kamar sendiri.

Dari situlah, kami mulai membuka-buka gadget. Wuih, ada banyak makanan, pakaian, barang kebutuhan dan macam-macam ditawarkan. He he he maklum sebelum pandemi melanda, kami tak pernah melirik ala baru jual-beli beginian.

Hati mengawang-awang tak ada bimbang

"Wuiiitt, beli ini, Pa."

Istri bersemangat sekali. Dengan sorot mata penuh minat menunjuk-nunjuk foto makanan yang memang kesukaan. Warnanya, bentuknya, wuiiih pokoknya, nyus!

Di detik berikutnya, mata istri dengan birahi menajam pada foto bawang merah. Bawang lokal yang begitu menggoda. Bulatan khas bawang dengan bodi montok berisi. Maka, istri benar-benar jatuh hati. Kebetulan dapur kami memang sudah kehabisan bahan bumbu yang satu itu. Maka gairah untuk membeli bawang merah semakin tak bisa kami cegah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun