Mohon tunggu...
Imanuel  Tri
Imanuel Tri Mohon Tunggu... Guru - Membaca, merenungi, dan menghidupi dalam laku diri

di udara hanya angin yang tak berjejak kata. im.trisuyoto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hemat Pangkal Kaya, Mosok Sih!

4 Juni 2020   07:08 Diperbarui: 4 Juni 2020   07:10 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.Pribadi. Koleksi Uang Lama

Shuttel Bus yang aku tumpangi melambat begitu memasuki Wonosobo, sebuah kota sejuk di Jawa Tengah. Tadi, semenjak dari Purwokerto lajunya menyenangkan hati, cepet!

"Kang, kok berhenti?" tanya Pailul.

Aku tak bisa menjawab. Tetapi kenyataan menjawabnya. Shuttel Bus merapat di agen untuk menaikkan beberapa penumpang.

"Sepuluh menit, nggih!" artinya, driver memberi kesempatan kepada penumpang selama sepuluh menit untuk beristirahat.

Aku dan Pailul juga turun. Di pelataran agen shuttle itu ada mie ongklok. Kami tidak membeli.

Agak jauh, di belakang pedagang mie itu ada dua anak usia SD. Tubuhnya kurus, pakaian kumal, tampak menderita. Dua anak itu tidak meminta pun tidak mengemis.

Pailul buru-buru merogoh saku. Semua uang yang ada di sakunya digenggang lantas disodorkan!

"Terima kasih, Om.  Terima kasih!" ucap dua anak itu, membubung naik bagai dupa berbau harum.

Dok.Pribadi. Berlatih Action
Dok.Pribadi. Berlatih Action
Rembulan di atas Wonosobo tampak bolong. Ada yang ingin kututupkan pada bolong bulan itu. Namun, Pailul menenangkanku. Aku dimintanya bersabar hingga sampai di rumah, nanti, lewat tengah malam.

Pun sampai di rumahku. Teras dengan lampu meremang, lewat tengah malam menjadi perenungan!

"Lul, kita kan harus berhemat. Pepatah berkata: Hemat Pangkal Kaya!  E, malah uang saku yang seharusnya dibagi denganku malah dikasihkan semua kepada anak jalanan," aku memprotes. Sebab uang saku tadi, yg diperoleh dari bos di Pureokerto semestinya dibagi berdua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun