Namun, catatan menggembirakan pun ada dalam ingatan saya. Tak pernah terhapuskan dan sebagai bukti yang perlu saya bagikan.Â
***
Usia-usia segitu, seusia anak TK memang tidak perlu dipaksakan untuk membaca. Bahkan untuk les ini-itu pun tidak usah.Â
Pada saat itu, kita lebih perlu merangsang anak agar senang berkegiatan serta senang melakukannya. Kita juga harus memotivasi agar anak mencintai bermacam permainan serta antusias dalam melakukannya.Â
Sebagai orangtua, kita harus mampu menangkap talenta yang masih terpendam pada diri anak kita. Upayakan kita bisa menemukan bakat dan kemampuan yang siap dikembangkan! Dengan begitu kita memiliki harapan-harapan di hari kemudian. Tentu, dalam perjalanan waktu, kita perlu terus memupuknya.Â
Demikian juga yang saya lakukan untuk anak. Kami, sebagi orangtua menyiapkan anak dengan berbagai peralatan dan kegiatan yang merangsang anak untuk gemar membaca. Sekalipun waktu itu anak belum bisa membaca.Â
Sedangkan kegiatan yang kami lakukan yaitu kegiatan terencana seperti mengenalkan buku; mengajak membuka buku secara benar; menata buku bersama-sama; membaca gambar bersama -semacam menceritakan gambar- ; menceritakan isi buku dengan jeda dan anak dibuat penasaran; mendengarkan cerita dari kaset atau bunda; membuat gambar suka-suka; dan masih banyak lagi yang lain kali akan saya ceritakan lebih detail. Pun masih saya tambah dengan sering mengunjungi toko-toko buku!Â
Kegiatan di atas kami lakukan semenjak anak belum bersekolah.Â
Setelah memasuki bangku SD saya teruskan dan saya amati. Sebulan, dua bulan, hingga enam bulan berjalan bersekolah di SD. Anak saya sudah mulai bisa membaca. Aneh membanggakannya, setelah hampir satu tahun Bu Guru-nya keheranan.
Dulu waktu masuk belum bisa apa-apa, katanya! Tapi setelah melewati semester satu, anak saya membacanya melebihi teman-teman sekelasnya.