Mohon tunggu...
Imanuel  Tri
Imanuel Tri Mohon Tunggu... Guru - Membaca, merenungi, dan menghidupi dalam laku diri

di udara hanya angin yang tak berjejak kata. im.trisuyoto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kidung Senja

17 September 2018   03:00 Diperbarui: 17 September 2018   03:12 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau subuh sudah melabuh dan tak lagi dapat meraba pelangi azan, apalagi yang bisa  dikerjakan di sini. Batas waktu telah menyatu dengan langit biru yang tak lagi mau bersekutu. Lantas apa yang bisa diharap tanpa dibayar dengan tiarap jiwa.  

Kalau rembang siang telah pulang ke sarang dan tak mungkin kembali berulang,  apalagi yang bisa kita perbaiki sebab daki telah memekat pada lubuk hati.  Lantas apa yang bisa diguna agar jiwa tak tersiksa dalam lumpur nestapa.  

Dan kini senja telah tiba melayung mencumbui sukma. Tak ada lagi hamparan sajadah persujudan. Tak ada lagi rentang perpanjangan sejarah zaman.  Ataukah mampu manusia melawan putaran kehidupan.

Terus saja berjalan di langkah yang penghabisan. Lurus saja ke depan pada satu tujuan. Hingga pada titik perbatasan bertempiksorakkan seikat kredo : hanya pengampunan yang bisa memerdekakan di kehidupan kemudian!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun