Sejak pertengahan Mei 2025 hujan dengan intensitas ringan, sedang dan lebat terus mengguyur wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) termasuk daerah kami Kabupaten Timor Tengah Selatan. Di pertengahan Juni ini hujan masih terus turun. Mendung kadang berlangsung beberapa hari sehingga matahari tidak muncul sama sekali.
Biasanya pada bulan Mei-Juni merupakan waktu peralihan musim sehingga hujan seperti sekarang tidak turun. Tanah mulai kering dan pecah-pecah. Beberapa pohon mulai menggugurkan daunnya sebagai pertanda datangnya musim kemarau.Â
Hujan yang cukup intens di awal kemarau ini memang agak lain. Dikutip dari Kompas.com, hujan di musim kemarau merupakan kemarau basah.
Fenomena kemarau basah adalah kondisi cuaca tidak biasa di mana hujan dengan intensitas cukup tinggi meskipun berada dalam periode musim kemarau.Â
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan kemarau basah disebabkan faktor atmosfer dan perubahan iklim yang mempengaruhi pola cuaca di Indonesia.
Dinamika atmosfer seperti sirkulasi siklonik di sekitar wilayah Indonesia, fenomena Madden Julian Ocillation (MJO) dan atmosfer gelombang Kelvin serta Rossby Ekuator. Ketiga hal ini membawa uap air dalam jumlah besar dan membentuk awan hujan.Â
Kemarau basah akan berlangsung sampai bulan Agustus dan cenderung terjadi di wilayah dengan pola hujan monsunal seperti Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.Â
Kemarau basah membawa suka dan duka tersendiri khususnya bagi kami di daratan Timor.Â
Hujan yang terus turun membuat ketersediaan air dalam tanah masih cukup. Sumber-sumber mata air masih memiliki debit yang besar. Kami masih bisa mengambil air sepuasnya di sumber mata air untuk berbagai keperluan.
Bila tidak hujan mungkin debit air di sumber mata air di daerah-daerah tertentu sudah berkurang bahkan kering. Masyarakat setempat terpaksa harus membeli air untuk kebutuhan masak, mandi, cuci dan kakus.Â