Mohon tunggu...
Maulida Imania
Maulida Imania Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sekolah, Masa Ketika Merasa Paling Hebat

10 Februari 2018   16:30 Diperbarui: 10 Februari 2018   17:46 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kira-kira sudah dua semester saya hidup sebagai seorang mahasiswa. Kehidupan kampus sudah pasti sangat berbeda dengan kehidupan sekolah yang semuanya seperti dibawa happy aja. Memang, saya masih tergolong baru untuk bisa membandingkan antara kehidupan kampus dan kehidupan sekolah. Namun entah mengapa rasanya sekolah memang lebih menyenangkan, hehe. Beberapa alasan yang muncul dari maba-maba seperti saya adalah, "gurunya nggakada, rek! Jamkos-jamkos!" "Nggakmau libur, ntarnggakdapat uang jajan, hehe" "Kuyrek markas!", dan masih banyak lagi.

Masa-masa sekolah tidak akan bisa terlupakan. Salah satu yang tidak bisa dilupakan adalah guru-gurunya. Guru sabar, guru friendly, guru pengetian, guru tegas, guru killer *hehe, dan guru BK. Guru BK? Mengapa guru BK? Saya punya pengalaman dipanggil guru BK sewaktu Sekolah Menengah Pertama.

Pagi-pagi saat semuanya baru sampai di sekolah, teman sebangku saya sudah menangis di kamar mandi. Tentu saja hal itu menarik perhatian guru BK. Siangnya, saya dan beberapa teman dipanggil ke ruang BK. Jeng jeng! Mengapa?

Ruang BK adalah tempat yang horror saat itu. Bukan karena banyak makhluk tak kasat matanya, tetapi citra siswa menjadi buruk kalau sudah masuk ruang BK. Masa itu, BK identik dengan guru yang galak, suka menghukum, memberi poin pelanggaran, dan semuanya yang dianggap menakutkan oleh para siswa.

Nah, itu salah satu yang membuat sekolah berbeda dengan kampus. Jadi merasa lebih diperhatikan *hehe. Walaupun sepertinya terlihat seperti pengalaman yang buruk, tetapi justru itu yang membuat sekolah menarik.

Berbeda dengan masa saya Sekolah Menengah Pertama. Di Sekolah Menengah Atas, Guru BK sudah tidak lagi identik dengan guru galak, suka menghukum, dan sebagainya. Saya justru sering berkunjung ke ruang BK untuk hanya sekedar berkunjung atau curhat dengan Bu guru BK, hehe. Sesuai dengan pengertian BK sendiri adalah proses interaksi antara konselor dengan konseli baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk membantu konseli agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau pun memecahkan permasalahan yang dialaminya.

Guru BK sudah sangat membantu saya dan teman-teman untuk keluar dari masalah, selain itu di kelas akhir kita akan diarahkan dan dibimbing tentang apa potensi kita, dan jurusan mana yang sesuai dengan kemampuan kita. Sekarang ini guru BK bukan lagi menjadi guru yang menakutkan justru sebaliknya, guru BK adalah guru yang friendlydan menyenangkan. Bahkan, saya dan teman-teman sering nongkrongsambal membaca buku di ruang depan kantor BK sekolah kita. Ruang BK sekolah kita lumayan luas loo, hehe.

Hal-hal yang tidak terlupakan lagi adalah ketika jam kosong. Maklum, kita masih anak yang baru gede. Jadi jam kosong sering kali dibuat untuk main-main. Ada saja polah tingkah teman-teman yang membuat kita sekelas tertawa dan ujung-ujungnya ditegur oleh keamanan sekolah.

"Dalam peri kehidupan manusia, sebelum nasib sial menghantam bertubi-tubi, menganggur, tak lolos audisi, kena PHK, kena tipu, utang membelit, prahara rumah tangga, ekonomi sulit, berupa-rupa penyakit, tiada jeda menghantam sampai napas tersangkut di tenggorokan, lalu mati, nasib memanjakan manusia dengan satu masa yang hebat: SMA." - Andrea Hirata

Sumber :

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun