Mohon tunggu...
Iman Haris
Iman Haris Mohon Tunggu... Tukang Ngopi

Nulis kalau lagi rajin, jadi jurnalis kalau lagi mood.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mereka yang Tersesat di Jalan yang Benar

17 April 2025   20:42 Diperbarui: 17 April 2025   21:12 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Open AI/Dall-E)

Pemerintah berencana untuk menerapkan kembali sistem penjurusan di jenjang SMA. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, menyebutkan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk membantu peserta didik lebih fokus dan mendalam dalam mengembangkan potensinya, sesuai dengan minat dan bakat masing-masing sejak dini.

Kita bisa memahami niat baik di baliknya. Penjurusan sejak awal mungkin memang diperlukan untuk memperkuat fondasi keilmuan sebelum melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi atau memasuki dunia kerja. Tapi, bagaimana dengan mereka yang sebetulnya belum benar-benar bisa menentukan minatnya di usia 15 atau 16 tahun? Bagaimana jika salah pilih jurusan? Apakah itu berarti tersesat selamanya?

Jawabannya bisa jadi tidak. Bahkan, banyak tokoh besar di dunia justru pernah 'tersesat'—menyimpang dari jurusan awal, berpindah arah, atau bahkan membelokkan hidupnya jauh dari rencana awal. Dari Najwa Shihab hingga Albert Einstein, mereka membuktikan bahwa penjurusan ataupun prestasi awal di pendidikan formal bukanlah akhir dari segalanya. Kadang hidup justru memaksa kita mengubah haluan, dan di situlah ruang baru terbuka.

Najwa Shihab

Najwa Shihab adalah lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, dan sempat pula menempuh studi hukum media di Australia. Tapi jalan hidupnya berpindah ke dunia jurnalisme. Ia memulai karier sebagai reporter di Metro TV, dan menjadi salah satu jurnalis pertama yang meliput langsung bencana tsunami Aceh 2004. Momen itu menjadi titik balik, baik bagi Aceh maupun Najwa sendiri.

Sejak itu, publik mengenalnya sebagai jurnalis yang tegas, kritis, dan menggugah. Lewat Mata Najwa, ia mewawancarai tokoh-tokoh penting dan menyentil banyak isu publik. Kini, dengan Narasi TV dan berbagai inisiatif medianya, Najwa tidak hanya menyampaikan berita, tapi juga membangun ruang diskusi yang sehat di tengah masyarakat. Dari hukum ke jurnalisme, ia membuktikan bahwa kekuatan kata bisa lebih mengguncang dari palu hakim.

Rizal Ramli

Almarhum Rizal Ramli memulai langkahnya dari Teknik Fisika ITB. Tapi hidupnya berubah setelah ikut demonstrasi mahasiswa 1978, yang berujung pemenjaraan. Dari sanalah, ia menemukan ketertarikan pada ekonomi dan studi pembangunan. Ia melanjutkan pendidikan hingga meraih Ph.D di bidang ekonomi dari Boston University.

Rizal Ramli dikenal sebagai ekonom lapangan, bukan menara gading. Ia pernah memimpin Bulog, jadi Menko Perekonomian di era Gus Dur, Menteri Keuangan, hingga Menko Kemaritiman. Salah satu prestasinya yang paling diingat: menyelamatkan PLN dari kebangkrutan tanpa suntikan dana negara. Dengan revaluasi aset, ia mengubah neraca minus menjadi surplus lebih dari Rp100 triliun. Sebuah prestasi yang menunjukkan bahwa "salah jurusan" tak menghalangi seseorang untuk menciptakan solusi besar.

Harry Roesli

Nama Harry Roesli lebih dikenal sebagai musisi eksentrik yang lirik-liriknya tajam dan penuh kritik sosial. Tapi siapa sangka, mendiang Harry Roesli sebenarnya adalah lulusan Teknik Elektro ITB. Ketertarikannya pada musik membawanya ke jalur yang sangat berbeda—ia bahkan melanjutkan studi musik ke Rotterdam Conservatory di Belanda.

Baca juga: Serba Salah Sekolah

Selain bermusik, Harry juga dikenal karena aktivismenya. Rumahnya terbuka untuk anak-anak jalanan, tempat mereka belajar musik, berpikir kritis, dan menemukan ruang aman di tengah kerasnya kota. Dari insinyur elektro menjadi seniman perlawanan—Harry Roesli menunjukkan bahwa jalan yang benar kadang dimulai dari keberanian untuk membelokkan arah.

Elon Musk

Mungkin banyak yang mengira Elon Musk adalah seorang insinyur atau ilmuwan roket, tapi latar pendidikannya justru Fisika dan Ekonomi. Ia bahkan sempat masuk program doktoral di Stanford, tapi keluar hanya dalam dua hari. Sejak itu, ia memilih jalur entrepreneur: dari Zip2, PayPal, lalu SpaceX, Tesla, hingga Starlink.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun