Mohon tunggu...
Iman Haris
Iman Haris Mohon Tunggu... Tukang Ngopi

Nulis kalau lagi rajin, jadi jurnalis kalau lagi mood.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Preman Berseragam Galak-Galak, Siapa yang Ngajarin?

25 Maret 2025   05:00 Diperbarui: 25 Maret 2025   02:28 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: "Damai itu Ada Harganya" (Wordpress/ahmedfikreatif)

"Lucunya...!" ujar si ibu dengan mata berbinar, menyaksikan teman sekolah anaknya di TK. Anak lainnya ada juga yang mengenakan seragam polisi, menggemaskan.

Ketika kecil menggemaskan, setelah besar lebih mempesona. Lho iya, pria berseragam konon mempesona.

Menurut Jeanette Raymond, ahli psikologi dan hubungan dari Los Angeles, pria berseragam (tentara, polisi, atau pilot) seringkali mempesona banyak wanita, seperti dikutip Tempo (2021).

Seragam mereka menjadi simbol integritas dan keberanian yang dapat dialihkan ke dalam rumah tangga, semacam sinyal bahwa pria tersebut punya kemampuan mengatasi masalah hidup.

Tidak heran kalau di dalam kabinet Pak Prabowo yang mantan jenderal (dan masih bisa naik pangkat lagi setelah pensiun), seluruh kabinet dan kepala daerah harus ikut main tentara-tentaraan dan berseragam ala militer.

Di masa kampanye Pilpres 2024 yang lalu, demam Mayor Teddy (kini letnan kolonel) bahkan sempat melanda para pengguna TikTok, bukan hanya para gadis, tetapi juga perempuan-perempuan yang telah bersuami.

Pesona pria berseragam memang tiada duanya. Mungkin karena itu juga, banyak ormas, yang konon preman, juga menyukai seragam ala tentara.

Bedanya, kalau melihat bocah-bocah kecil berseragam tentara atau polisi, terlihat menggemaskan. Tapi kalau melihat bocah-bocah besar berseragam malah mencemaskan, apalagi menjelang lebaran.

Belakangan, media sosial dan media arus utama diramaikan dengan banyak video yang merekam bagaimana para preman ini mengancam, mengintimidasi, bahkan melakukan kekerasan untuk meminta japrem (jatah preman) tematik lebaran (baca: THR).

Memang keterlaluan. Tapi, di sisi lain, saya jadi bertanya-tanya. Ini orang-orang, setelah dewasa malah jadi tukang palak, memaksa dan bahkan dengan kekerasan, siapa yang ngajarin?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun