Mohon tunggu...
Iman Agung Silalahi
Iman Agung Silalahi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar hidup sehat holistik

Selalu merasakan sebuah kebahagiaan tersendiri saat mitra kerja atau sahabat berhasil menemukan inspirasi dan keyakinan diri untuk mencapai apa yang diimpikannya. Tertarik menjadi pembelajar hidup sehat holistik sejak Februari 2021 setelah resmi menyandang status penderita diabetes tipe 2.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Brokoli, Si Hijau yang Gagah, yang Turut Menjaga Kadar Glukosa Darah

16 Mei 2021   18:37 Diperbarui: 16 Mei 2021   18:40 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Brokoli (Brassica oleracea, L. var. Botrytis L). (Foto: amgrowcorporate.net.au)

Teman-teman gak usah pusing dengan semua nama ilmiah pada klasifikasi tanaman brokoli tersebut. Gak usah dihapalkan. Dilupakan atau diabaikan juga gak apa-apa. Tapi kalau untuk sekedar ingin tahu, tentu saja boleh. Heheeheee ...!

Masih dari situs yang sama tersebut di atas, brokoli dikatakan mengandung nilai gizi yang sangat penting untuk kesehatan. Brokoli mengandung vitamin A, B1, B2, B3, C, E dan K. Brokoli juga mengandung folic acid, fosfor, magnesium, besi, potassium, serat, beta karoten dan kalsium yang tinggi. Selain itu, brokoli juga mengandung polynutrients seperti sulforaphane yang merupakan agen anti kanker.

Dilansir dari health.kompas.com, hanya 3,5 gram karbohidrat yang dapat dicerna dari satu cangkir atau 91 gram brokoli. Dan, dengan indeks glikemik sebesar 10 (IG rendah = 55 ke bawah) berarti brokoli dapat menjadi menu makanan untuk mengendalikan kadar glukosa darah dalam kisaran aman. Kadar glukosa darah tidak akan langsung melonjak tinggi setelah makan brokoli.

Sebagai seorang diabetesi yang memilih pendekatan 'intermittent fasting' dan menu makanan yang selektif dalam mengendalikan gejala diabetes, maka saya telah mengalami dan merasakan sendiri bagaimana brokoli telah menjadi salah satu pilihan yang cocok untuk mengisi piring makan seorang penderita diabetes.

Ada beraneka macam sajian makanan yang berisikan brokoli. Mau dicampur atau tidak dicampur dengan sayur-sayuran lainnya, brokoli tetap enak walau sekalipun tanpa dimasak.

Saya sendiri suka memakan brokoli mentah, atau cukup disiram air panas saja. Batangnya  terasa renyah seperti tulang rawan yang dikunyah. Apalagi, jika disantap bersama kecap, tomat, bawang merah, bawang putih, cabe rawit dan kerupuk, maka jadilah saya seperti sedang melahap sate padang. Duh, enaknya!

Saat ini saya sudah dan sedang menjalani 'intermittent fasting' dengan pola jendela 5:2 selama hampir tiga bulan. Dan, hasil yang saya dapatkan adalah bahwa kadar glukosa darah puasa saya selalu stabil di bawah 100 mg/dL. Bukan itu saja, kadar total kolesterol saya pun stabil di bawah 200 mg/dL, dulunya selalu di atas 200 mg/dL, bahkan sering di atas 250 mg/dL. Berat badan saya juga sudah turun secara perlahan dan bertahap dari 80 kg pada saat awal melakukan 'intermttent fasting' menjadi 76 kg pada saat ini. Kisah lebih lengkap tentang alasan saya menjalani metode 'intermittent fasting' dapat dilihat di sini

Saya sudah tidak lagi memakan obat metformin dan glibenclamide ataupun obat-obat lainnya untuk menjaga kadar glukosa darah saya. Saya gak berani memakan obat-obatan itu lagi karena penderitaan sembelit yang hebat sebagai efek samping obat yang saya rasakan. Entahlah, kalau nanti gejala diabetes saya semakin memburuk, saya mungkin terpaksa harus minum obat-obatan itu lagi.

Setelah menghentikan pemakaian metformin dan glibenclamide sebagai obat penurun kadar glukosa darah, saya hanya menjalankan 'intermittent fasting' dan melakukan gerak badan secara teratur setiap hari, kecuali hari Sabtu, rata-rata 45-60 menit per hari untuk menjaga kadar glukosa darah saya. Saya tidak tahu apakah pendekatan yang saya lakukan ini, jika dilakukan dalam jangka waktu yang panjang, masih akan efektif dalam pengendalian gejala diabetes saya atau justru memperburuk kondisi kesehatan saya. Entahlah, saya tidak tahu pasti. Saya akan terus memantau. Tapi mudah-mudahan saja hasilnya tetap efektif. Tapi saya percaya bahwa 'intermittent fasting' dapat memenuhi tujuan penatalaksanaan diabetes sebagaimana Konsensus yang dibuat oleh PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) di sini.

Sejauh ini, rasa kesemutan yang hebat dan yang dulu sering saya rasakan sudah jauh berkurang. Tapi saya berpikir bahwa berbagai kerusakan karena diabetes mungkin saja sudah terjadi di dalam tubuh saya.

Saya pernah diberitahu oleh dokter bahwa semua kerusakan yang sudah terjadi itu tidak akan dapat pulih 100% normal lagi. Karena itu, saya tidak merasa heran ketika pada saat ini saya masih merasakan rasa kebas di jari-jari kaki (gejala neuropati diabetik), atau penglihatan mata saya masih blur (gejala retinopati diabetik), atau bahkan juga, air urin saya masih terlihat berbusa (gejala nephropati diabetik).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun