Tapi berbeda dari tahun lalu, kita memasuki bulan Ramadhan tahun ini dengan perasaan optimis bahwa Ramadhan tahun ini akan jauh lebih baik dari tahun lalu. Bila tahun lalu kita memasuki bulan Ramadhan dengan perasaan tidak menentu karena berada di tengah pandemi Covid-19 yang terus mengganas memakan korban dari hari ke hari, maka pada tahun ini, sekalipun korban-korban jiwa karena Covid-19 masih terus berjatuhan, tetapi kita sudah lebih optimis untuk menatap hari depan dengan penuh harapan.Â
Tahun lalu, ketika kita memasuki bulan Ramadhan, kita melihat sikap masyarakat terhadap Covid-19 yang cenderung masih bercampur aduk antara kemasabodohan dan ketakutan. Sebagian masyarakat menunjukkan sikap masa bodoh karena kurangnya kesadaran untuk menganggap penyakit ini sebagai penyakit yang berbahaya. Tapi sebagian masyarakat yang lain tampaknya ketakutan karena bingung dan kurang pengetahuan tentang bagaimana harus menjaga diri dari serangan Covid-19 yang dapat mengancam nyawa. Ketersediaan prasarana dan sarana kesehatan untuk menangani pandemi ini pun masih jauh dari cukup. Tapi untunglah, karena pada bulan Ramadhan tahun lalu, umat Islam pada umumnya mengikuti imbauan pemerintah melalui Kementrian Agama agar umat Islam melakukan rangkaian ibadah puasa dari rumah. Sedikit banyaknya rangkaian ibadah puasa dari rumah itu  diyakini mempunyai pengaruh dalam menekan jumlah kasus positif dan korban meninggal dunia akibat Covid-19 pada saat itu.Â
Pada tahun ini, kita memasuki bulan Ramadhan dengan situasi di mana pengetahuan, kesadaran dan sikap masyarakat terhadap Covid-19 sudah semakin baik dan sangat berkembang. Sikap kemasabodohan dan sikap ketakutan yang ditunjukkan masyarakat sudah sangat jauh berkurang. Masyarakat, dan khususnya umat Islam, telah belajar tentang bagaimana seharusnya prosedur kesehatan (5 M) tetap dijalankan dalam setiap kegiatan, termasuk dalam menjalani rangkaian ibadah puasa. Masyarakat pada umumnya, dan umat Islam khususnya, tampaknya sudah belajar dari situasi pandemi Covid-19 tahun yang lalu, dan telah siap memasuki bulan Ramdhan tahun ini dengan sikap optimis menatap hari depan dengan penuh harapan.
Akhirnya, pada tahun ini kita akan bisa melihat kembali indahnya iring-iringan  umat Muslim menuju masjid untuk melakukan sholat tarawih. Sholat tarawih sudah diijinkan kembali walau harus sesuai dengan kebijakan pemerintah, seperti jumlah kehadiran jama'ah yang dibatasi, penerapan prosedur kesehatan (prokes) 5 M secara ketat, dan dengan sejumlah syarat lainnya.
Semoga semua anak bangsa, bukan hanya umat Islam saja, tetap menjalankan prosedur kesehatan 5 M yang terdiri dari:
- Memakai masker.
- Mencuci tangan.
- Menjaga jarak.
- Menjauhi kerumunan.
- Mengurangi mobilitas.
2. Sikap toleransi.
Tulisan ini tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa tidak ada sikap toleransi antara sesama anggota masyarakat dan antar umat beragama pada bulan Ramadhan di tahun 2020. Saya meyakini bahwa mayoritas masyarakat Indonesia masih mempunyai sikap toleransi yang tinggi antara sesama anggota masyarakat dan antar umat beragama.
Tapi tidak dapat dipungkiri juga bahwa masih ada sikap intoleransi pada sebagian kecil masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan tertentu yang dalam pandangan dan pengertian keagamaan mereka patut dilarang. Razia oleh sekelompok orang tertentu terhadap warung-warung makan yang masih berjualan untuk melayani pelanggannya yang tidak berpuasa masih saja terdengar pada bulan Ramadhan tahun yang lalu. Kegiatan razia yang demikian tentunya menodai keindahan bulan puasa.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya pada bulan Ramadhan yang kedua di tengah suasana pandemi Covid-19 ini, kita, baik umat Islam atau pun yang bukan Islam, berusaha untuk sama-sama saling memahami, lalu meningkatkan sikap toleransi dan terlebih lagi, menghormati mereka yang sedang menjalankan ibadah agamanya.
Ramadhan saat pandemi adalah juga Ramadhan untuk saling belajar memahami. Ramadhan saat pandemi bukanlah Ramadhan untuk menang-menang sendiri. Ramadhan saat pandemi adalah Ramadhan untuk belajar saling menghormati.
Saat fajar mulai menyingsing. Sinarnya hangat mengusir dinginnya dinding. Senyuman manis dibibir tersungging. "Selamat menjalankan ibadah puasa, ya Pak."