Mohon tunggu...
Lukman Hamarong
Lukman Hamarong Mohon Tunggu... Administrasi - Sangat sulit menjadikan aku seperti kamu, karena aku adalah aku, kamu ya kamu

Mengalir seperti air

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibuku Jalani Ibadah Haji Paling Horor

28 Oktober 2015   18:05 Diperbarui: 28 Oktober 2015   18:05 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak mana yang tidak merasakan kekhawatiran yang luar biasa tatkala disuguhi pemberitaan-pemberitaan yang melibatkan air mata dan darah akibat peristiwa memilukan di sebuah tempat di mana orang tua kita ada bersama mereka di dalam sebuah ritual suci ibadah haji, sebuah ibadah keagamaan terbesar di dunia yang di dalamnya berkumpul jutaan umat manusia dari seluruh penjuru dunia.

Belum hilang di ingatan kita, ketika ratusan keluarga penumpang pesawat AirAsia yang jatuh di Selat Karimata menjerit histeris, menangis sejadi-jadinya. Tak mengenal tempat, bahkan di depan TV berteriak memanggil keluarganya yang menjadi korban. Coba kita bayangkan, apa yang ada di benak kita ketika mengalami hal yang sama.

Orang lain, yang bukan menjadi bagian dari tragedi itu, akan berusaha menjadi kita, menjadi bagian dari tragedi, dengan ikut mengeluarkan air mata, minimal dengan mata yang berkaca-kaca. Rasa empati seperti itu sudah menjadi bagian dari kodrat kita sebagai manusia perasa, manusia yang memilki spektrum hati yang terpancar dari segala penjuru mata angin, kecuali mereka yang tak pernah memiliki hati sama sekali.

Ibuku, satu dari jutaan umat manusia yang menjadi bagian dari ritual suci Ibadah Haji tahun ini, tentu merasakan ketakutan yang luar biasa akan tragedi Mina yang menelan korban hampir ribuan jiwa itu. Rasa mencekam menyelimuti suasana hatiku. Rasa was-was menggelayuti jiwa ini, hingga dalam setiap doa yang kupanjatkan tak sedetik pun nama ibu kutinggalkan.

Bibir ini selalu menyebut namaNya dan namanya. Berharap Allah memberikan perlindungan lahir batin dan senantiasa dilancarkan setiap jejak langkah beliau di tanah suci. Saban hari, setiap pagi sebelum berangkat kerja dan malam hari setelah lelah bekerja, aku duduk di depan TV menunggu perkembangan informasi dari tanah suci. Hanya satu doaku, lindungi dan selamatkan ibu dan jamaah lainnya.

Allah merespon doa kami, putra(i) beliau, yang selalu mengirim doa tanpa pernah letih. Adalah rasa lega yang kami terima, karena tak satu pun jamaah haji asal Luwu Raya yang menjadi korban tragedi Mina. Besoknya, pada sebuah harian lokal di kotaku, memberikan headline besar yang intinya bahwa jamaah haji asal Luwu Raya selamat dari tragedi Mina disebabkan para jamaah disiplin dan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh panitia haji di sana.

Meski kabar itu sedikit melegakan hati kami, tapi sempat tersiar kabar, entah dari mana datangnya, bahwa ibu kami sakit keras di tanah suci. Aku pun menelpon semua saudara(i) yang kebetulan tinggal di Masamba. Dan akhirnya kami semua sedikit tenang, ternyata berita itu adalah hoax, alias tidak benar. Namun, dalam perjalanannya setelah beliau tiba di tanah air pada 27 Oktober kemarin, terungkap bahwa ibu kami memang sempat diinfus selama kurang lebih dua jam di pemondokan. Ketua Rombongan Kloter 26 Embarkasi Makassar mengungkap hal itu. Bukan itu saja, ibu kami sempat terjatuh di dalam bus ketika hendak berangkat ke Bandara menuju Mekkah.

Ibadah haji tahun ini memang sangat mengerikan, bukan kesakralan ibadah hajinya, tetapi rangkaian perjalanan menuju puncak haji yang sangat dicita-citakan para jamaah. Horor yang selama ini identik dengan cerita-cerita yang berbau mistik khas Indonesia, ternyata juga bisa dirasakan dalam ibadah haji tahun ini. Mulai dari jatuhnya “Crane” di Masjidil Haram yang menewaskan ratusan jamaah haji, tujuh di antaranya dari Indonesia.

Tragedi memilukan yang diklaim paling besar memakan korban jiwa adalah tragedi di Mina. Peristiwa yang “pecah” di pagi hari waktu Arab Saudi atau sekira pukul 11.30 waktu Indonesia bagian barat, terjadi akibat adanya kerumunan jamaah yang saling berdesakan untuk melakukan ibadah lempar jumrah, sehingga banyak jamaah yang terjatuh dan terinjak hingga menghembuskan nafas terakhir seketika itu juga. Beruntung saat kejadian, ibuku bersama rombongan lainnya belum nampak pada ritual tersebut dikarenakan belum jadwalnya melakukan ibadah lempar jumrah.

Di saat air mata kesedihan belum juga kering, datang lagi musibah lainnya. Sebuah hotel atau pemondokan jamaah haji Indonesia ludes terbakar oleh si jago merah. Kebakaran yang terjadi di Pemondokan 502 Hotel Gawhara Taljawar di kawasan Raudhah, Kota Mekah, Arab Saudi, itu tidak menimbulkan korban jiwa.

Kengerian lainnya dari perjalanan panjang ibadah haji adalah saat keberangkatan pulang ke tanah air, di mana ibu kami ada di sana. Terbersit kabar bahwa penerbangan menuju Makassar tertunda sehari disebabkan kondisi udara di Indonesia yang tidak layak dilalui pesawat akibat bencana asap yang melanda sebagian besar wilayah di Indonesia. Namun, berita ini tidak benar. Ibu kami bersama rombongan lainnya pulang sesuai jadwal, yakni tiba di Makassar tanggal 26 Oktober.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun