Mohon tunggu...
Imam Wiguna
Imam Wiguna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Karyawan swasta, ayah dua anak, tinggal di Bogor.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kelor Indonesia Tembus Pasar Dunia!

16 Januari 2018   10:51 Diperbarui: 17 Januari 2018   01:19 22361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ir. Ai Dudi Krisnadi (kanan) mengekspor tepung kelor ke berbagai negara. (Foto: Imam Wiguna)

Kesepakatan itu berisi 8  tujuan pembangunan, salah satunya tentang menanggulangi kemiskinan dan  kelaparan. Kesepatakan itu mulai dijalankan pada September 2000 sampai  dengan 2015.

Untuk menjalankan kesepakatan itu, pemerintah berupaya memenuhi angka  kecukupan gizi, terutama di NTT yang 56% warganya malnutrisi. Pada 2011  pemerintah menginstruksikan kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI)  untuk meningkatkan gizi masyarakat NTT. 

"Sejak itu saya mencari  informasi komoditas yang dapat dikembangkan di sana," ujar pria yang  juga aktif sebagai pemerhati masyarakat sekitar hutan itu.

Dudi pun berselancar di dunia maya. Dalam pencarian itu ia menemukan  situs WHO yang mengunggah foto tentang tanaman misteri dan mengajak  pengunjung situs untuk menebak nama tanaman itu. 

Dalam tebakan itu WHO  memberikan petunjuk jika tanaman itu mampu menyelamatkan jutaan rakyat  di beberapa negara di Benua Afrika dari kekurangan gizi. 

Ternyata nama  tanaman itu adalah Moringa olifiera. "Saya pun penasaran dan  mencari tahu apakah tanaman tersebut tumbuh di Indonesia atau tidak,"  tutur pria kelahiran Pangandaran, Jawa Barat, itu. Ia terkejut ternyata  tanaman itu adalah kelor yang selama ini kerap digunakan untuk  memandikan orang yang sudah meninggal.

Sejak itu Dudi pun "berburu" tanaman kelor untuk ia konsumsi sendiri.  "Saat itu saya hanya mengonsumsi kelor selama 6 bulan untuk memastikan  aman apa tidak mengonsumsi kelor sebelum mengajak orang lain," ujar pria  yang juga gemar menulis itu. Ia mengolah daun tanaman anggota famili  Moringaceae itu menjadi sayur dan teh. 

"Ternyata aman dan tubuh saya  menjadi lebih bugar," tambahnya. Sejak itu ia pun gencar melakukan  sosialisasi tentang manfaat kelor di beberapa daerah. Salah satunya di  Madura, Jawa Timur, yang warganya terbiasa mengonsumsi moringa.

Dudi juga menyampaikan idenya mengembangkan kelor untuk mengatasi  malnutrisi di NTT kepada TNI. Ide itu mendapat sambutan baik dari TNI.  Mereka lalu meminta Dudi untuk mendampingi TNI mengembangkan kelor di  NTT. Dudi memanfaatkan lahan-lahan terlantar di sana untuk ditanami  tanaman berjuluk drum stick itu. 

Awalnya masyarakat menanam  kelor untuk konsumsi sendiri. Namun, makin lama populasi kelor di sana  terus bertambah. "Apalagi ketika itu Bank Rakyat Indonesia (BRI)  memberikan bantuan bibit kelor senilai Rp1,3 miliar," ujarnya.  Akibatnya, jumlah produksi menjadi berlebih. Untuk mengatasinya, Dudi  akhirnya menemukan ide untuk mengeringkan daun kelor dan mengolahnya  menjadi tepung.

Dudi terus melakukan uji coba sampai akhirnya menemukan metode yang  tepat untuk mengeringkan daun kelor tanpa merusak kandungan nutrisinya.  Caranya dengan pengeringan lambat, yakni dengan suhu maksimal 35oC.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun