Dilihat dari ciri-cirinya, yakni menggelembung pada bagian pangkal batang daun seperti umbi bawang merah, kemungkinan anggrek itu bergenus Bulbophyillum. Sayangnya anggrek itu sepertinya baru saja selesai berbunga. Itu terlihat dari tangkai bunga yang menjuntai tanpa satu pun bunga tersisa.
Kehadiran anggrek yang tumbuh sentosa menunjukkan bahwa kualitas dan kelembapan udara di dalam kawasan hutan masih terjaga. Anggrek tergolong tanaman yang relatif rewel. Kondisi iklim mikro yang tidak sesuai membuat tanaman anggota famili Orchidaceae itu enggan memamerkan bunga.
Selain sebagai kawasan konservasi, hutan itu menjadi tempat pembelajaran tentang kehutanan, keanekaragaman hayati, serta pendidikan lingkungan tentang hutan tropis Indonesia. Program yang digagas sebagai upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim itu bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan dan Perhutani di Babakanmadang, Kabupaten Bogor. Untuk mengembangkan kawasan hutan itu Astra menginvestasikan Rp1,2 miliar.
Dana itu Astra gunakan untuk merealisasikan penanaman 179.625 pohon. Dari jumlah itu 175.700 pohon di antaranya adalah aneka jenis pohon untuk pengayaan tanaman asli, 1.000 pohon langka, dan 3.925 tanaman buah langka yang secara khusus ditanam di arboretum seluas 4 ha.Â
Untuk mengelola kawasan itu Astra bekerjasa sama dengan Perum Perhutani Unit III Banten dan Jawa Barat dengan status hutan lindung. Program kawasan hutan terpadu itu juga sebagai salah dukungan Grup Astra atas SDG's Global Goalske-15, yakni Life on Land.
 Kini kawasan hutan itu menjadi rumah yang nyaman bagi 38 jenis burung, 5 jenis mamalia, 1 jenis primata, 7 jenis reptil, 6 jenis amfibi, 21 jenis serangga, dan 2 jenis arachnida.Â
Dari jumlah itu, dua di antaranya termasuk kategori mendekati terancam punah berdasarkan International Union for Concervation of Nature (IUCN), yakni burung betet Psittacula alexandri dan katak hijau pohon Rhacophorus reinwardtii. Terima kasih Astra telah menjadi inspirasi bagi rakyat Indonesia selama 60 tahun.***